Nama : Rita Nur Rahayu Jamasi
NIM : 1405618055
Prodi : Pendidikan Sosiologi -- Fakultas Ilmu Sosial UNJ
Masalah Pandemi Pada Masyarakat
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronavirus (Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernafasan. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih patah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV).Virus Corona adalah zoonatic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia, yang menyerang sistem pernafasan manusia. Sehingga, disetiap negara sedang berjibaku dalam mempertahankan dan menyelamatkan jutaan jiwa manusia yang tengah berjuang kehidupan di tengah berlangsungnya fenomena pandemic Covid-19. Setiap negara memiliki kebijakan tersendiri untuk mengadapi pandemic Covid-19. Indonesia memiliki kebijakan tersendiri untuk menghadapi pandemi dengan menerapkan kebijakan batasan sosial tidak dengan negara lain yang memilih melockdown negaranya untuk keamanan penduduk. Karena Indonesia adalah negara berkembang, maka masalah kemiskinan merupakan masalah yang penting dan pokok dalam upaya pembangunannya. Keberagaman pandangan tentang kemiskinan menunjukan bahwa kemiskinan merupakan fenomena multi dimensi. Fenomena ini membuat pengukuran kemiskinan menjadi tidak mudah. Namun demikian, kemiskinan tetap harus diukur sebagai gambaran dan bahan pengambilan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Salah satu alasan hal ini terjadi adalah bahwa individu dan populasi miskin tidak memiliki akses ke layanan kesehatan dan mungkin mendapat informasi yang salah dan miskomunikasi karena kurangnya akses ke saluran informasi, sehingga, mereka lebih cenderung mengabaikan peringatan kesehatan masyarakat. Garis kemiskinan adalah garis batas yang membedakan antara kelompok penduduk miskin dan tidak miskin. Garis ini menunjukkan sejumlah rupiah yang diperlukan oleh individu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik kebutuhan makanan maupun non makanan. Masyarakat dengan nilai pengeluaran di bawah garis kemiskinan akan dikategorikan sebagai Masyarakat miskin, maupun sebaliknya.
Ekonomi menjadi faktor yang terpengaruh besar, ekonomi turut terdorong mundur karena pembatasan aktivitas dan tingkat kewaspadaan masyarakat yang meningkat sehingga menimbulkan kewas-wasan tersendiri dalam melaksanakan roda perekonomian. Pandemi Covid-19 menjadi suatu tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh masyarakat. Terlebih ketika mobilitas masyarakat yang semakin terbatas dan mengalami penurunan. Masyarakat mengalami kesulitan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, dari mulai bekerja, sekolah, sampai beribadah sekalipun. Ketidakpastian akan berakhirnya pandemi Covid-19 ini menjadi masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat tanpa kecuali. Begitupun dengan perubahan-perubahan yang harus dilakukan oleh masyarakat tersebut merupakan bagian yang harus dilewati dengan berbagai cara.[1] Dapat dilihat bahwa masyarakat membutuhkan ekonomi dalam kehidupan keseharian. Pentingnya ekonomi dalam kehidupan manusia mewajibkan negara untuk mengatur kebijakan ekonomi dan menjamin perekonomian warga negara, khususnya di Indonesia yang memproklamirkan diri sebagai negara kesejahteraan. Oleh karena itu, stabilitas perekonomian nasional harus dijaga untuk kepentingan bersama. Melihat kondisi saat ini akibat pandemi Covid-19 yang meruntuhkan perekonomian Indonesia, tidak bisa dikatakan bahwa resesi jauh dari Indonesia.
Dampak Masyarakat pada Masa Pandemi
Pandemi Covid- 19 yang meresahkan semua orang juga berdampak serius terhadap hamper seluruh sector terlebih sektor kesehatan dan sektor ekonomi. Keputusan pemerintah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 menyebabkan terbatasnya mobilitas dan aktivitas masyarakat yang berdampak pada penurunan permintaan domestik. Penghasilan masyarakat yang menurun karena pandemi menyebabkan sebagian besar sektor usaha mengurangi aktivitasnya atau tutup total. Angka pengangguran pun meningkat. Badan Pusat Statistik dalam Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2020 menunjukkan, Covid-19 berimbas pada sektor ketenagakerjaan. Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh terhadap aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian dan masyarakat itu sendiri. Salah satu alasan pengangguran selalu muncul di dalam perekonomian adalah pencarian kerja. Pencarian kerja (job search) adalah suatu proses seseorang untuk mencocokan pekerja dengan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan juga keterampilan sesuai yang dimiliki oleh mereka. Pandemi Covid-19 membawa angka pengangguran di Indonesia semakin melejit. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melaporkan, jumlah pengangguran di Indonesia beresiko akan meningkat akibat dampak Pandemi Covid-19.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menjelaskan tingkat pengangguran terbuka diproyeksi akan meningkat 4 juta hingga 5,5 juta di tahun 2020.[2] Selain itu, Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada sektor manufaktur, tetapi juga terhadap sektor UMKM. Salah satu dampak ekonomi adalah sektor UMKM yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional karena banyaknya pekerja yang terlibat langsung. Dalam situasi krisis ekonomi seperti ini, sektor UMKM sangat perlu perhatian khusus dari pemerintah karena merupakan penyumbang terbesar dapat menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja, mensubtitusi produksi barang konsumsi atau setengah jadi. Apalagi di tengah sentimen positif bahwa kondisi perekonomian tahun ini akan membaik membuat sektor UMKM harus bisa memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi saat ini untuk dapat pulih.