foto dokumen pribadi
Kalau sudah biasa membaca, lama-lama ada dorongan ingin menulis. Begitu juga kalau rajin bicara, ingin juga dituliskan. Apa lagi ditambah dengan punya pengalaman, semakin menambah keinginan untuk berbagi. Tentu bukan sembarang membaca dan berbicara. Apa lagi sembarang menulis. Sebab semua akan "tercatat" sebagai bagian dari sejarah hidup kita.
Secara pribadi, saya juga berusaha memanfaatkan blog Kompasinana ini sebagai ajang berlatih menulis dan belajar banyak dari mereka yang ahli. Banyak diantara teman-teman Kompasianer di sini yang punya keahlian khusus di bidangnya atau juga punya kerajinan yang luar biasa. Saya salut dengan Om Tjptadinata Effendi. Tiada hari tanpa menulis. Ide meruah tumpah sebagai karunia yang bermanfaat.
Salah satu target orang yang suka menulis adalah bisa menulis sesuatu dalam bentuk yang lebih konkrit, seperti menulis artikel, laporan, maupun buku. Menurut pendapat saya, mampu menulis buku sepertinya si penulis sudah sampai di "puncak" kejayaan dan kekuatannya sebagai penulis. Sebab menulis sebuah buku, entah itu fiksi maupun nonfiksi, memerlukan ketekunan, kefokusan dan ketersediaan waktu yang cukup hingga tulisan tersebut menjadi sebuah wujud buku.
Berbicara mengenai buku, Blog Kompasina ini sudah sering mengadakan perbagai macam kesempatan menulis menjadi buku. Apakah melalui lomba atau memang sengaja membuat momen menulis bersama yang lebih dikenal dengan nama Nulis Bareng. Nulis bareng ini berupa menulis bersama Kompasianer dengan tema tertentu. Kalau dari perlombaan biasanya pilihan atas tanggapan terhadap suatu buku lalu Kompasianer diberi kesempatan membuat sinopsisnya lalu hasil sinopsis yang terpilih, dibukukan. Pernah juga redaksi mengajukan satu tema lalu kumpulan tulisan dari Kompasianer dibukukan. Atau, kini komunitas di Kompasina ini juga rajin mengadakan dan mengajak Nulis Bareng. Karena ini sifatnya mandiri dan sejauh ini belum ada sponsor, maka biaya ditanggung sesama penulis. Penulis menyetor satu artikel lalu editor mengedit semua tulisan dan membukukannya. Setiap penulis mendapat jatah beberapa buku.
Yang lebih kerennya lagi, saya amati beberapa buku yang Nulis Bareng itu diberi ruang agar lebih hidup dan bersemangat melalu acara Bedah Buku. Untuk penulis pemula dan suka Nulis Bareng seperti saya ini, inilah salah satu momen paling menyenangkan. Sebab, sebelum berhasil melahirkan karya solo, apa salahnya berkontribusi terlebih dahulu melalui karya antologi (Nulis Bareng)itu. Atau, meskipun sudah punya buku sendiri, apa salahnya ikut berbagi dalam kegiatan Nulis Bareng.
Itulah mengapa, bagi saya, Nulis Bareng merupakan cara cepat dan taktis untuk kita punya buku. Setelah lahir satu buku bersama, datang lagi keinginan untuk menulis dan menulis. Selain itu juga, sebagai ajang meningkatkan kepercayaan diri dan personal branding. Ah, saya, mah, yang penting bisa terus berkarya saja. Sudah alhamdulillah. :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H