Lihat ke Halaman Asli

Rita Audriyanti

Ibu rumah tangga

Tertipu Karena Memberi Peluang

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru saja hape saya menyala setelah pesawat mendarat, SMS pertama yang masuk bukan masalah info roaming namun ada pihak yang memberi tahu kalau saya berhak mendapatkan ratusan juta Rupiah dari perusahaan mobil ternama, namun pengirimnya menggunakan nomor hape biasa, bukan resmi dari perusahaan mobil tersebut. EGP!

Kemarin saya mendapat kabar juga dari seorang kawan yang nyaris kena tipu. Modusnya sudah umum yakni si pelaku penipuan dengan sengaja menyengggol kaca spion mobil teman ini lalu mengarahkannya agar menepi. Beruntung rasa beraninya keluar meskipun gugup juga, teman ini berhasil mengalahkan si penjahat. Caranya, ketika ia diminta menepi dan diberi tahu oleh si penjahat bahwa akibat spion yang tersenggol tadi ada orang yang terluka. Si penjahat mengancam. Namun teman ini lebih dulu menggertak dan menantang bahwa itu semua modus operandi yang sudah dikenal umum. Penjahat yang tampil dengan pakaian gagah dari instansi tertentu, akhirnya berlalu tak berkutik.

Berbagai Modus Penipuan

Masyarakat sempat dihebohkan dengan penipuan dengan Modus Mama minta pulsa melalui SMS, Modus kecelakaan dimana seseorang di-setting sebagai anggota keluarga korbansedang menjerit-jerit di Rumah Sakit atau di kantor polisi, Modus Penipuan di ATM dengan cara menghipnotis lalu mengarahkan korban untuk mentransfer sejumlah uang, Modus menang hadiah namun calon pemenang diminta mengirim sejumlah uang terlebih dahulu.

Dan tidak kalah serunya jaringan penipu internasional pun gentayangan melakukan penipuan dengan modus memberikan iming-iming warisan luar biasa besarnya dari orang asing yang mengalami kecelakaan pesawat terbang lalu meninggal namun tidak memiliki ahli waris, atau mengaku sebagai perwira tinggi tentara Amerika yang sedang bertugas di Afganistan lalu mengajak kencan, atau nama/email kita terpilih memenangkan lotere. Biasanya informasi dikirim melaui pesan di Facebook atau email.

Mudahnya Orang Tertipu

Namanya saja penipu pastilah mereka penjahat. Apa lagi yang terorganisir dan memiliki jaringan luas. Tidak mungkin menipu untuk hal sepele, seperti untuk memenuhi hajat hidup sehari. Para penipu dewasa ini sudah masuk kategori tindak kejahatan murni. Berbagai pendekatan dan cara kerjanya rapi sehingga di mata calon korban apa yang dilakukan sang penipu nampak benar, resmi dan meyakinkan sehingga si penerima pesan merasa ini bukan modus penipuan.

Sebuah kebodohan fatal pernah saya lakukan dulu kala. Menyaksikan seorang laki-laki mondar mandir sambil celangak celinguk di depan rumah saya, dengan penuh sopan saya bertanya hendak mencari siapa dan saya memberi nama suami saya sebagai pemilik rumah. Inilah kesalahan fatal pertama yang membuka peluang bagi penipu memangsa korbannya. Ia menjadi sok akrab sok dekat. Karena merasa harus akrab sebab tamu yang tidak dikenal ini mengaku kawan dekat suami, tentulah dengan ramah tamah dan sopan santun saya mempersilahkan sang tamu duduk di beranda rumah. Lalu terjadilah percakapan yang mengarah bahwa sang tamu ini membawa berita gembira. Ia menyampaikan bahwa beberapa nama sudah bisa diterima sebagai pegawai di instansi ternama pemerintah. Saat itu saya sadar bahwa tidak ada nama-nama yang disebutkan itu saya kenal. Apa lagi, bukan tipe suami saya menjadi calo tenaga kerja. Walau hati saya bertanya-tanya, tetap saja saya mengikuti semua perintah sang tamu. Termasuk agar memberikan sejumlah uang administrasi. Saya bahkan minta dibuatkan bukti tanda terima di secarik kertas. Saya baca dan tahu bahwa tulisannya tidak bisa dibaca karena hanya berbentuk coretan. Saya tersadar ketika sang tamu penipu itu berlalu dari rumah tanpa sempat saya 'terjaga' ketika berdialog dengannya.

Begitulah! Orang mudah tertipu karena tersugesti oleh penampilan, perkataan, janji, kedekatan, keramah tamahan dan keterbukaan serta ancaman. Para penipu akan memainkan psikologis calon korban agar mudah ditaklukan. Setelah itu baru mereka beraksi karena kesadaran korban sudah di bawah kontrol penipu. Entah teknik yang digunakan hanya logika semata namun mampu mensugesti mangsa atau mengunakan kekuatan supranatural, seperti sihir. Wallahua'lam.

Gerakan Melawan Penipuan

Karena sudah sangat banyak korban berjatuhan akibat modus penipuan ini, selayaknya setiap individu waspada, mengenal trik-trik penipuan yang sedang tren, tidak merespon apapun kiriman SMS dari pihak yang tidak dikenal karena setiap balasan SMS akan menguntungkan si pengirim pesan, jangan coba-coba 'main api' dengan orang yang mengaku orang penting/orang asing, mengecek ulang semua bukti akan keaslian suatu dokumen ketika akan bertransaksi, dan jika perlu melaporkan kasus dan nomor telepon yang diduga digunakan untuk tindak penipuan ke kantor polisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline