Lihat ke Halaman Asli

Rita Audriyanti

Ibu rumah tangga

Awas! Perempuan Pedofil di Sekitar Kita

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13983954161590497534

Pelecehan dan kekerasan seksual dengan objek anak-anak dan remaja ternyata bukan saja menjadi 'candu' bagi penderita gangguan penyimpangan seksual pada kaum adam, nyatanya kaum hawa juga menjadi pelaku. Cuma karena kasusnya jarang dilaporkan kepada pihak polisi, maka pelaku kaum perempuan ini terabaikan dari pandangan masyarakat.

Sumber: neuroanthropology.net

Kenali Perempuan Pelaku Pedofilia

Seperti yang dikutip dari tulisan pakar Psikologi, Prof. DR. Sarlito Wirawan Sarwono, melalui page-nya mengatakan bahwa "Pada umumnya orang berpendapat bahwa jumlah pedofilia wanita sangat sedikit, atau bahkan hampir tidak ada. Tetapi di tahun 1984 sebuah studi oleh Finkehor & Russell memperkirakan bahwa 5% anak perempuan dan 20% anak laki-laki yang pernah mengalami pelecehan dan penganiayaan seksual, mendapat perlakuan buruk itu dari perempuan. Penelitian-penelitian yang lebih mutakhir mungkin saja menunjukkan angka yang lebih tinggi."

Jarangnya pelaporan kasus penganiayaan seksual pada anak-anak ini mungkin disebabkan karena cara perempuan mendekati anak-anak tidak segarang laki-laki sehingga calon korban sangat mudah ditundukkan. Berbeda dengan pelaku laki-laki yang lebih menggunakan pendekatan melalui ancaman fisik, padahal dampaknya sama saja parahnya.

Lebih lanjut Sarlito menjabarkan bahwa biasanya pedofilia perempuan digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Perempuan yang menargetkan anak-anak usia 6 tahun atau kurang,
2. Perempuan yang menargetkan remaja, dan
3. Perempuan yang mencabuli anak besama dengan pasangannya.

Setiap kategori mempunyai motif yang berbeda dari kategori lainnya.
Perempuan yang mencabuli anak kecil dapat dibagi dua lagi, yaitu yang semasa kecilnya dulu pernah jadi korban pelecehan seksual, dan yang tidak pernah menjadi korban, tetapi mengembangkan sendiri kenikmatan seksualnya dengan menyakiti anak-anak kecil (self made pedophile). Pedofilia peremapuan yang pernah menjadi korban biasanya lebih sadis dari pada pedophilia yang self made. Pedofilia yang pernah jadi korban seakan-akan membalaskan dendamnya kepada anak-anak, yang seringkali adalah anaknya sendiri. Sebagai ibu, pedofilia perempuan punya banyak alasan untuk membenarkan perbuatannya itu, seperti untuk mendisiplinkan anak dsb. Khususnya, korban adalah anak yang tidak dikehendaki, seperti akibat perkosaan, atau inses, atau ayahnya menghiang begitu saja dll. (Sarajian, 1996).

Perempuan pedofilia yang self made, mencari korbannya siapa saja, termasuk anak sendiri. Jika korbannya anak di luar rumah, pelaku biasanya melibatkan orangtua korban dengan menjadi baby sitter, atau kawan baik dari orangtuanya, sehingga ia dipercaya untuk mengasuh anak itu sendiri, terepas dari pengawasan orang tua. Dalam keadaan berdua, perempuah pedofilia itu akan mencabuli anak kecil itu dan menyatakan seakan-akan perbuatannya itu normal dan beginiah seharusnya orang menyatakan cintanya pada anak.

Perempuan yang menargetkan remaja adalah yang biasa disebut sebagai pedofilia perempuan sejati. Contohnya yang kondang adalah Mary Kay Leutrineau, seorang guru sekolah yang melakukan hubungan seks dengan muridnya sendiri, Vili Fualaau, dan melahirkan dua anak dari hubungannya itu. Ketika pertama kali bertemu, Marry Kay berusia 31 tahun, dan Vili Fualaau berumur 12 tahun. Marry Kay dihukum penjara karena perbuatannya, dan ketika menjalani masa percobaannya ia melakukan lagi perbuatannya dengan Vili Fualaau, sehingga harus masuk penjara lagi, dan melahirkan anak keduanya di penjara. Selepas menjalani hukuman, Mary Kay menikahi Fualaau yang pada waktu itu berumur 21 tahun (http://en.wikipedia.org/wiki/Mary_Kay_ Letourneau, diunduh 15 Nopember 2013).

Pendekatan yang digunakan pedophilia perempuan sejati adalah mencumbu korban, mengabaikan semua kekurangan dan kelemahannya, menganggap bahwa dia adalah anak yang lebih dari pada teman-teman sebayanya, dan bahwa korban itu adalah pasangan yang pantas untuk dirinya (...kita sama-sama matang, kita saling mengerti satu sama lain...) dsb. Biasanya pelaku memberi hadiah-hadiah kepada korbannya, sambil di sisi lain mengancam akan membeberkan keburukan anak pada orangtua atau teman sebaya, atau dalam hal seorang guru seperti Mary Kay, akan mengurangi nilai ulangannya. Tidak ada tekanan fisik pada cara pendekatan pedophilia perempuan, tetapi lebih banyak manipulasi emosional.

Perempuan yang mencabuli anak besama dengan pasangannya mempunyai hubungan romantis dengan pasangannya itu (biasanya laki-laki) dan melakukan praktik pencabulan anak bersama pasangannya itu. Ia melakukannya untuk menyenangkan pasangannya dan biasanya ia mempunyai kepribadian yang sangat tergantung (dependent) pada pasangannya dan karenanya gampang dimanipulasi oleh pasangannya. Buat perempuan ini, kehilangan pasangannya lebih buruk ketimbang hal-hal yang lain. Karena itu ia mau melakukan segalanya untuk tidak kehilangan pasangannya (http://www.child-safety-for-parents.com/female-pedophile.html#.UoFDVaBptlA; diunduh 12 Nopember 2013)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline