Lihat ke Halaman Asli

Risye Kumaladewi NM

Menulis adalah bagian dari cinta.

Agar Bawahan Betah Bekerja

Diperbarui: 16 Juni 2023   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bekerja dan kenyamanan merupakan sesuatu yang sulit dipisahkan. Mungkin ada sebagian orang yang bisa membetah-betahkan diri meski banyak hantaman di tempat kerja, tetapi sebagian ada yang memilih mengundurkan diri ketika kenyamanan sudah tidak bisa ditemukan.

Bukan hanya tuntutan tugas atau tekanan atasan, terkadang seorang bawahan faktanya juga memiliki masalah personal dengan sesama rekan kerja atau dengan orang terdekatnya di luar sana, misalnya seperti keluarga. Masalah-masalah itu tentu akan mengganggu produktivitas mereka sehingga menghambat jalannya aktivitas di tempat kerja.

Bawahan sah saja diharuskan beradaptasi dengan lingkungan kerja. Namun untuk menyukseskan proses adaptasi tersebut lingkungan kerja juga harus mendukung. Untuk hal ini peran atasan dalam memperhatikan kenyamanan para bawahan sangat diperlukan.

Kesejahteraan / Finansial

Hal satu ini menjadi faktor teratas. Banyak bawahan yang diberikan banyak tugas atau pekerjaan, tapi penghargaan yang diberikan kepada mereka tidak setara dengan pekerjaan atau tugas yang mereka kerjakan.

Tidak ada yang benar-benar ikhlas dalam bekerja. Pada prinsipnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian untuk mencari nafkah. Para pekerja, karyawan, atau pegawai mengharapkan gaji atau upah yang layak sebagai bentuk penukaran jasa mereka yang diberikan atau diabdikan kepada tempat di mana mereka bekerja. Sederhananya, ikhlas bukanlah bayaran yang ideal untuk para pekerja, karyawan, atau pegawai. Kesejahteraan berupa gaji sepadan dan jaminan-jaminan yang mereka harapkan.

Lantas bagaimana dengan perusahaan yang masih dalam skala kecil-menengah menyikapi persoalan kesejahteraan ini?

Menaikkan kesejahteraan para pekerja, pegawai, atau karyawan mudah saja dilakukan oleh perusahaan besar, sebaliknya akan tidak mudah dilakukan oleh perusahaan kecil-menengah atau yang lebih sering disebut UMKM. Jelas, karena pendapatan usaha makro dan mikro sangat jauh.

Bagi UMKM untuk menyiasati kesejahteraan ini bisa difokuskan pada jenjang pendidikan pekerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi nilainya. Artinya, semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula gaji yang harus dibayarkan, dan sebaliknya bila karyawan, pegawai, atau pekerja memiliki jenjang pendidikan tidak terlalu tinggi maka gaji yang dibayarkan tidak akan terlalu besar. Maka dari itu tidak sedikit pemilik UMKM yang mempekerjakan warga sekitar, khususnya ibu-ibu yang ada di lingkungan lokasi UMKM sebagai pekerja paruh waktu dengan bayaran harian. Pemilik UMKM juga bisa mempertimbangkan kenaikan gaji atau upah dari pengalaman kerja dan risiko tugas yang diberikan kepada pekerja atau pegawai tetap. Misalnya untuk pegawai dengan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi, yang bisa membahayakan dirinya sendiri, diberi gaji atau upah yang lebih tinggi dibanding para pegawai dengan risiko tugas yang lebih kecil.

Selain gaji atau upah yang layak, pemberian gaji atau upah yang tepat waktu juga wajib diperhatikan. Jangan sampai memikirkan keuntungan perusahaan, tapi tidak memikirkan perut bawahaan. Urusan perut tidak bisa ditunda. Perusahaan membutuhkan skill, jasa, tenaga, atau pemikiran pekerja atau karyawan dan mereka membutuhkan bayaran, hubungan antara perusahaan dan mereka bisa dikatakan simbiosis mutualisme alias hubungan yang saling menguntungkan. Dengan adanya karyawan perusahaan jalan, dengan karyawan bekerja di perusahaan mereka bisa makan.

Berlaku Adil

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline