Lihat ke Halaman Asli

Konsep Pendidikan dalam Kacamata Islam

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KONSEP PENDIDIKAN DALAM KACAMATA ISLAM

Kajian Eksplorasi Takhrij terhadap Hadis Nabi

By: Risyatulhapsah

Abstrak

Fase pertama dalam pendidikan ialah fase qabl al wiladah atau fase memilih jodoh dimana kita mulai menentukan generasi pendidikan selanjutnya.Setelah melewati fase qabl al wiladah, kita memasuki fase ba’da al wiladah atau disebut juga fase pasca kelahiran.

Pada dasarnya manusia dilahirkan ke muka bumi ini tanpa mengetahui apapun. Kemudian Allah memberikan nikmat penglihatan dan pendengaran supaya manusia dapat berkembang dan mengembangkan kehidupan dengan bekal ilmu pengetahuan.

Sebagaiman firman Allah dalam surat An Nahl ayat 78

Artinya :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui suatu apapun.’’ (Q.S An-Nahl 78)

A.Pendahuluan

Tulisan ini adalah jawaban atas fenomena yang ada ditengah – tengah masyarakat, tentang bagaimana eksistensi hadits “Tolabul ilmi faridotun a’laa kulli muslimin”.Hadits tersebut tentang kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim (baik laki – laki atau pun perempuan). Pada saat ini hadits tersebut memang sangat mahsyur, dan dijadikan sumber pendidikan islam. Meskipun hadits tersebut sangat mashyur di dunia pendidikan islam, alangkah lebih baik jika kita menganalisa tentang kualitas hadits tersebut.

Hemat penulis, tulisan ini hendak mengemukakan hadits ”tholabul ilmi fharidhotun alla kulli muslimin” dalam kacamata kualitas hadits. Apakah hadits ini shahih atau dhaif, hadits tersebut hadits mutawatir atau hadits ahad, dengan melakukanmetode takhrij. Penulis pun akan sedikit mengulas fenomena pendidikan islam pada saat ini.

B.Pembahasan

1.Teks hadits

Rasulullah Saw., bersabda:

طَلَبُ ا لْعِلْمِفَرِيْضَةٌعَلَ ىكُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

2.KajianTeksHadits

Dalam rangka melakukan takhrij al-hadis –atau menemukan hadis tertentu- paling tidak ada beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah melalui penelusuran matan hadis. Penelitian matan hadis dalam pencarian sebuah ”kata” akan digunakan sebuah kitab Mu’jam Mafahras li> Alfaz al-Hadi>s an-Nabawi> karya A.J. Wensiinck. J.P. Mensing, sedangkan kata yang dipakai adalah طلب

Setelah ditemukan matan pada kata di atas melalui proses takhrij al-hadis, maka terdapat dalam kitab hadis yaitu Sunan Ibnu Majah. Dalam penggunaan metode kitab Mu’jam Mafahras ini cukup mudah dan representatif, karena sebuah matan hadis yang ingin dicari dapat dilacak memalui potongan awal kalimat, tengah dan akhir kata. Selain itu, kitab Mu’jam Mafahras ini juga menghimpun kutub tis’ah yang pada masing-masing ahli hadis diberi tanda inisial tertentu, misalnya huruf ب menandakan Imam Bukhari atau huruf م menandakan Imam Muslim dan seterusnya. Adapun secara umum teks hadis tersebut ialah:

حدثنا هشام بن عمار . حدثنا حفص بن سليمان . حدثنا كثير بن شنظير عن محمد بن سيرين عن أنس بن مالك قال.قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( طلب العلم فريضة على كل مسلم . وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب)

3.Kajian Analisis Hadits

(Melakukan Kegiatan Penelitian, Kritik dan Analisa atas Sanad Hadis)

a.Teks Hadits beserta Transmisi Pembawa

حدثنا هشام بن عمار . حدثنا حفص بن سليمان . حدثنا كثير بن شنظير عن محمد بن سيرين عن أنس بن مالك قال.قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( طلب العلم فريضة على كل مسلم . وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب)

b.Penilaian Kualitas Periwayat

Dalam kitab Sunan ibnu Malik terdapat beberapa nama silsilah periwayat hadis, dalam urutan periwayat hadis tersebut antara lain: Hisyam bin Umar sebagai periwayat ke satu (sanad 5), Hafs bin Sulaiman sebagai periwayat ke dua (sanad ke 4), Katsir ibn Syindzir sebagai periwayat ke 3 (sanad ke 3), Muhammad bin Sirain sebagai periwayat ke 4 (sanad ke 2), Anas bin Malik sebagai periwayat ke empat (sanad ke 1), sekaligus sebagai mukharrij hadis.

Penelitian kualitas periwayat dimulai dari periwayat pertama hingga pada periwayat ke enam (terakhir) sebagai berikut :

·Hisyim Bin Umar

Nama lengkapnya Hisyam Bin Umar Bin Nushair Bin Maysarah Bin Abaan. Abu walid di Damaskus beliau seorang pembaca konservasi dan juga seorang khotib dari Damaskus dan muqori dari Dunianya .Guru-guru baliau antara lain : Ibrahim bin A’yan, Isma’il bin Iyas bin Salim, Anas bin Iyadl bin Dlomroh, Hafs bin Umar, Hafs bin Sulaiman (Abu Muhammad), Al-Hakam bin Hisyam bin Abdurrohman (Abu Muhammad) dan Robi’ bin Badar bin Amru (Abu Ala’). Sedangkan murid beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim (Abu Abdullah) yang dikenal dengan Ibnu Majjah.

·Hafs bin Sulaiman

Beliau sering disebut juga Abu Muhammad. Menurut Hammad bin Zaid, Hafs Ibn Sulaimanmemiliki kemampuan dalam bidang “visual”. Beliau pun memiliki sifat yang baik. Hafs Ibn Sulaiman meninggal pada tahun 130 H .Guru beliau adalah : Samak in HArb bin Aus (Abu Mughiroh), Katsir bin Syindzir (Abu Qurroh) dan Katsir bin Zadzan. Sedangkan murid-murid beliau antara lain : Isma’il bin Ibrahim bin Basam (Abu Ibrahim), Ali bin Hajar bin Iyas (Abu Hasan), Muhammad bin Bakar bin Royan (Abu Abdullah), Amru bin Utsman bin Sayyar (Abu Umar), Muhammad bin Harb, dan Hisyam bin Ammar bin Numair bin Maisaroh bin Abban (Abu Al-Walid).

·Katsir Ibn Syindzir

Beliau disebut juga Abdul Qurrah. Beliau tinggal di Bashrah. Beliau tidak pernah bertemu dengan sahabat.

Penilaian ulama tentang Katsir dapat dilihat dari perkataan Ahmad bin Hanbal yang menyatakan shalih al-Hadis (hadisnya baik), Yahya bin Ma’in mengatakan shalih(orang shalih), Muhammad bin Sa’ad menyatakan tsiqah (terpercaya). Beliaupun pernah meriwayatkan beberapa hadits dari Atta bin jabar yang berbunyi:

Dan hadits yang juga dibawa oleh Imam Bukhori dan yang lainya dengan mensanadkan Hadits :

Dan kemudian mensanadkan hadits dari Ibnu Majah dari Ibnu syirain dari Anas Ibnu Malik Hadits akan tetapi dari berbagai hadits yang disanadkan beliau sanadkan, hadits ini yang paling hafish.

·Muhammad Ibn Sirayn

Nama aslinya Muhammad Bin Sirayin Abu Bakar bin Abi Umar Bashri. Sebagian guru Muhammad bin Syirrin adalah : Ibnu Ala’ bin Al-Hadlromy, Abu Ubaidah bin Hudzaifah bin Al-Yaman, Anas bin Malik Bin Nadlr bin Dlo’dlom bin Zaid bin Harom, Jundub bin Abdullah bin Sufyan Al-Harits bin Robi’I (Abu Qotadah), Hudzaifah bin AL-Yaman (Abu Abdullah), Al-Hasan bin Ali bin Abi Thollib (Abu Muhammad) dan Hafshoh binti Sirrin (Umu Hudzail). Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Syirin Maula Anas bin Malik. Memiliki kuniyah (panggilan) Abu Bakar. Beliau termasuk golongan tabi’ien tengah yang tinggal dan wafat di bashrah pada tahun 110 H.Penilaian kritikus hadis terhadapnya dapat dilihat sebagaimana yang disampaikan oleh Ahamd bin Hanbal  yang mengatakan bahwa ia adalah tsiqah (orang yang terpercaya), Yahya bin Ma’in menilainya tsiqah. Muhammad bin Sa’admenilainya siqah ma’mun (terpercaya Sedangkan murid-murid beliau diantaranya adalah : Abu Amru bin Ala’ bin ‘Ammar bin ‘Uryan, Abu Ma’an dari Anas, Asma’ bin Ubaid bin Mukhoriq (Abu Mufaddol), Hisyam bin Yahya bin Dinar, Yahya bin Sa’id bin Qois (Abu Sa’id), Katsir bin Syindzir (Abu Qurroh), Salim bin Dinar, Salamah bin ‘Alqomah (Abu Basyar), Sulamy bin Abdullah bin Sulamy dan Abdurrohman bin Amru bin Abi Amru.

·Anas bin Malik

Ia adalah seorang imam yang agung dan masyhur di daerah hijaz dan irak, nama lengkapnya Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin al-Haris bin Ghaiman bin Khasil bin Amr bin al-Haris. Malik bin Anas memiliki guru yang sangat banyak hingga sembilan ratus, tiga ratus dari kalngan tabi’in dan enam ratus dari kelompok atba’ut tabi’in. Mereka ini diantaranya adalah: Ibrahim bin Abi Ablah, Ibrahim bin Uqbah, Abu Bakarbin Amr al-Amri, Abu Bakar bin Nafi’, Abu Ubaidillah Maula Ibnu Azhar, dan sebagainya. Ia meriwayatkan hadis dari Imam Nafi’, al-Maqburi, Nu’aim al-Mujmir, al-Zuhri, Ibnu al-Munkadari, Abdullah bin Dinar.

Adapun murid-murid beliau sekaligus yang meriwayatkan darinya antara lain: Ibnu al-Mubarak, al-Qattan, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahab, al-Qa’nabi, Ibnu Qasim, Abdullah bin Yusuf dan sebagainya. Imam as-Syafi’I pernah berkata: “Apabila disebutkan nama-nama ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya, seandainya ia dan Ibnu Uyainah tidak ada, maka hilanlah keilmuan dari negeri Hijaz”. Wahib berkata: “Imam Mail adalah seorang yang ahli hadis”. Ibnu Wahab berkata: “Apabila tidak ada Imam Malik dan al-Lais maka tersesatlah kita”. Inilah sedikit pernyataan para ulama tentang ketokohan dan kecerdasan Imam Malik. Imam Bukhari dan Ibnu Uyainah berkata: “Malik adalah seorang Imam dan ahli dalam hadis”. Abu Hatim al-Razi berkata: “Imam Malik adalah orang yang hafal dalam periwayatan hadis”. Ma’an bin I al-Qazza>z berkata: “ Malik bin Anas merupakan ulama yang sangat hati-hati dan meriwayatkan hadis Nabi diantara huruf ya, ta dan lainnya”. Ia meinggal pada usia delapan puluh enam tahun.

·Ibnu Majah

Ibnu majah adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkapnya ialah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid Ar-raba’I Al-Qazwini ibnu Majah. Ia dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H (824 M). Ia wafat hari selasa, bulan Ramadhan, tahun 273 H (887 M).

Sebagaimana halnya para muhaditsin yang dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiyah, ia pun berkeliling di beberapa negeri untuk mengidentifikasi hadits dan beliau pun berguru hadits kepada para ulama hadits.

Ibnu majah menyususn kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah. Selama hidupnya, Ibnu majah banyak menghasilkan karya diantaranya Tafsir Al-Quran Al-Karim, At-Tarikh, dan Sunan Ibnu Majah.

c.Persambungan Sanad

Berdasarkan uraian diatas, maka didapat gambaran secara umum, yaitu:

(a) antara Rosulullah dan Hisyam bin Umar dinyatakan jelas bersambungan karena antara para perawi yang lain terkait hubungan guru dan murid. Hisyam sendiri berguru pada Hafs bin Sulaiman

(b) Hafs berguru kepada Katsir bin Syindzir, yang mana Katsir bin Syindzir selain hadits Tholabul Ilmi, Katsir pun pernah meriwayatkan hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Bukhori.

(c) Hal serupa berlaku pada Muhammad bin Sintyir yang mana beliau adalah Murid Anas bin Malik. Anas bin Malik adalah seorang pelayan Rosulullah dan salah satu guru beliau adalah Abu Bakar As-Sidiq.

Hadis tentang mencari ilmu diatas dinyatakan sebagai hadits yang shahih jika dilihat dari persambungan sanad di atas yang para periwayatnya di nyatakan tsiqqah, adil, tidak ada syaz dan illat adalah dinyatakan shahih.

d.Persambungan dengan Al-quran

Hadits merupakansumber hukum islam yang kedua, hadits tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya ayat alquran yang terkait. Begitupun dengan Hadits kewajiban menuntut ilmu, hadits tersebut harus bersandarkan kepada alquran. Sebagaiman dalam surat Al-Alaq 1-5

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4), Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”.

Dalam pandangan Quraish Shihab kata Iqra’terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupun tidak

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebutbismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.Iqra’berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintahiqra’mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.

Kemudian, Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:

Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”.

Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.

Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan.

4.Kajian Kekinian Hadits

Ketika Nabi Muhammad masih Remaja beliau banyak berjumpa dengan pedagang dari dalam dan luar negri Arab salah satunya dari China karna dahulu jarak dari Mekkah ke China sangat jauh Maka lahirlah hadits “Uttlubul Ilmi walaubi Shin”. Melihat dimana Negri China adalah salah satu Negara Asia pertama yang bisa membuat kertas dan tinta untuk menulis. Melihat realita tersebut, maka munculah hadits “Utlubbul Ilmi Faidhatun Ala Kulli Muslimin ….” Yang menjadikan bahwa mununtut ilmu itu penting bagi setiap muslim.

Meskipu kemudian lahir teori Barat bahwa pendidikan itu kebutuhan bukannya kewajiban. Islam telah lama mewajibkan hal tersebut karena hal itu memang sangat dibutuhkan oleh kaum muslimin. Sebagaimana ada pefatah kaum Sufi “Allah tidak pernah memberikan apa yang kita inginkan tetapi apa yang kita butuhkan .”

Sekarang bagaimana fenomena pendidikan islam pada saat ini khususnya di Indonesia. Meskipun pendidikan islam hanya subsistem dari sistem pendidikan islam. Dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 11 ayat (6) disebutkan: “ Pendidikan Keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.”. kaitannya dengan Hadits “Utlubbul Ilmi Faidhatun Ala Kulli Muslimin.” Adalah bahwa sanya agama telah lama mewajibkan kita untuk menuntut ilmu sebelum lahir teori – teori pendidikan yang lahir dari non islam.

Setelah melakukan kajian analisis hadit terhadap hadits “tholabul ilmi faridhotun ala kull musimin”. Yang menyatakan bahwa hadits tersebut shohih. Hadits tersebut dari dahulu sampai sekarang masih digunakan sebagai salah satu dasar pendidikan islam. Haditstersebut pun terbilang mahsyur dikalangan pelajar Indonesia.

C.Kesimpulan

Selah melakukan kajian takhrij pada kitab Mu’jam Mafarhas li Alfaz al Hadi an-Nabawi karya A.J. Wensiinck. J.P. Mensing pada hadits Utlubbul Ilmi Faidhatun Ala Kulli Muslimin.”. dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits tersebut shahih yang terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah Bab keutamaan menuntut Ilmu no 224 halaman 140.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh beberapa perawi diantaranya Hisyam bin Umar sebagai periwayat ke satu (sanad 5), Hafs bin Sulaiman sebagai periwayatke dua (sanad ke 4), Katsir ibn Syindzir sebagai periwayat ke 3 (sanad ke 3), Muhammad bin Sirain sebagai periwayat ke 4 (sanad ke 2), Anas bin Malik sebagai periwayat ke empat (sanad ke 1), sekaligus sebagai mukharrij hadis.

Setelah mengungkapkan biografi singkat tentang perawi diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(a) antara Rosulullah dan Hisyam bin Umar dinyatakan jelas bersambungan karena antara para perawi yang lain terkait hubungan guru dan murid. Hisyam sendiri berguru pada Hafs bin Sulaiman

(b) Hafs berguru kepada Katsir bin Syindzir, yang mana Katsir bin Syindzir selain hadits Tholabul Ilmi, Katsir pun pernah meriwayatkan hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Bukhori.

(c) Hal serupa berlaku pada Muhammad bin Sintyir yang mana beliau adalah Murid Anas bin Malik. Anas bin Malik adalah seorang pelayan Rosulullah dan salah satu guru beliau adalah Abu Bakar As-Sidiq.

Hadis tentang mencari ilmu diatas dinyatakan sebagai hadits yang shahih jika dilihat dari persambungan sanad di atas yang para periwayatnya di nyatakan tsiqqah, adil, tidak ada syaz dan illat adalah dinyatakan shahih.

Setelah melakukan kajian analisis hadit terhadap hadits “tholabul ilmi faridhotun ala kull musimin”. Yang menyatakan bahwa hadits tersebut shohih. Hadits tersebut dari dahulu sampai sekarang masih digunakan sebagai salah satu dasar pendidikan islam. Hadits tersebut pun terbilang mahsyur dikalangan pelajar Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Wensink, A. J. 1936. Al-Mu’jam al-Mufahras} li> Alfa>z} al-Hadi>s} an-Nabawi>, Jilid VI. Leiden: E. J. Brill

Kitab Digital Sunan Ibnu Majah

________, 2004. Tazhi>b Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l tahqiq oleh Ghunaim Abbas Ghunaim dan Majdi as-Sayyid Amin. Cairo: al-Faruq al-Khadisah

Benisaebani & hendra akhdiyati. Ilmu Pendidikan islam. 2009. Bandung :Pusaka Setia.

(http://www.ppnuruliman.com/artikel/hadits/254-metode-takhrij-hadits.html)

http://hitsuke.blogspot.com/2010/09/kewajiban-menuntut-ilmu-hadits-tarbawi.html

Tulisan Urwah, S.Hi.,M.Si. kajian Takhrij Hadits surat al-ikhlas sepertiga Al-Quran.

Agus Solahudin&Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Bandung: Pusaka Setia

al-Qardawi, Yusuf.Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Terj. Abad Badruzzaman. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2001.

[1] Shihab, Quraish, M.Membumikan al-Qur’an. Mizan. Bandung. 2004.

Benisaebani & hendra akhdiyati.Ilmu Pendidikan islam. 2009. Bandung :Pusaka Setia. Hal 242

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline