Lihat ke Halaman Asli

Di Bawah Tol Layang Pettarani

Diperbarui: 20 September 2023   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Deras debu jalanan mengangkang siang ini
Rintik noda asap tergumpal di wajah
Menjadi saksi dari mereka,
Jingga terang matahari tertutup rapat dibawah tol layang pettarani
Seakan mereka tidak saling peduli, siapa dia, siapa itu atau siapapun kamu.

Prioritas menjadi ketidakpedulian sesama khalayak
Rentetan bunyi klakson dan knalpot menyelimuti siang
Aku tidak ingin lepas
Aku nyaman,
Di kota metropolitan ini akan kugapai jati diriku.

Tentang pagi yang menjadi siang, malam menjadi pagi
Sangatlah sulit berada di pelukan cita-cita
Sehingga, tidak pandai dalam memilih arah
Ku kotori tubuhku dengan perjuangan hingga tandus menerpa ku.

Jiwa ku meronta-ronta, mengapa pilihanku seiring tidak menentu akan kemana
Aku hanyalah insan yang menghitam dan akan berubah selayaknya arang
Hentikan, kumohon hentikan.

Ada apa dengan ini?
Di bawah tol layang ku menguras tenaga agar bisa memperindah kalbu ku
Namun, segumpal hantu pikiran ku meneror
Dan sepertinya aku siap, menyerah, dan tidak akan mencarinya.

Namun nampaknya gerimis mengundang sekitar untuk berteduh sejenak
Aku masih disini, entah apa gerangan jiwa ku melanglang hingga pikiran ku tak kunjung damai
Mereka, tetaplah mereka
Aku, tidak dipedulikan, para insan hanya pura-pura menyapa, seakan-akan kecupan formalitas belaka.

Makassar, 20 September 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline