Saya bukanlah seorang politikus. Bukan pula penumpang gerbong Demokrat atau gerbong partai lainnya. Saya hanya rakyat biasa, yang sangat tidak tertarik dengan yang namanya partai. Saya hanya ingin mencoba melihat dan menyelami apa sebenarnya motif di balik tindakan SBY yang melontarkan isu kudeta. Tentu saya, ini hanya sebatas pengetahuan saya tentang politik yang sangat dangkal, atau mungkin bisa dikatakan tidak tahu menahu tentang politik. Saya sadar, pendapat saya ini nantinya dapat mengundang cibiran, cemoohan, atau barangkali tudingan bahwa saya adalah antek SBY dan Demokrat. Sekali lagi saya katakan, saya bukan seorang politikus. Saya hanya rakyat biasa yang merasa lelah dengan peperangan antarelit politik, antarmedia, antargolongan, antarpartai, atau antarkepentingan individu.
Hari ini, lagi-lagi Presiden SBY menjadi bulan-bulanan di dunia maya terkait isu kudeta yang akan dilakukan oleh MKRI (Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia). Entah sudah berapa banyak artikel yang menyoroti hal ini. Dan, berapa banyak pula tokoh masyarakat atau tokoh nasional yang berkomentar tentang hal itu. Artikel-artikel dan komentar-komentar itu sebagian besar memojokkan tindakan SBY, yang dianggap melontarkan isu kudeta tersebut. Entah berapa banyak orang yang menuding SBY sebagai orang cengeng, paranoid, peragu, dan sebagainya.
Kalau kita lihat spanduk yang menjadi latar belakang dari konferensi pers yang dilakukan oleh MKRI, isu itu jelas perlu diwaspadai. Lihat saja, spanduk yang bertuliskan “Menggulingkan Pemerintahan SBY-Boediono adalah Sebuah Keniscayaan” sangat provokatif. Jadi, jelas tujuan awal MKRI adalah untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Apa ini bukan namanya kudeta? Dan, BIN tentu sudah mengetahui hal ini sejak beberapa hari yang lalu.
[caption id="" align="aligncenter" width="565" caption="TRIBUNNEWS.COM/YOGI GUSTAMAN"][/caption]
Lalu, mengapa BIN atau pihak SBY melontarkan isu itu sejak beberapa hari yang lalu? Menurut saya, ini adalah pilihan dengan biaya politik yang paling murah. Mengapa? Dengan melontarkan isu itu sejak dini, pemerintah berharap pihak MKRI akan menyangkalnya di depan pers. Bukanlah jika MKRI sendiri yang menyangkal agenda penggulingan tersebut, maka dengan sendirinya mereka akan mengurungkan niatnya? Seandainya, agenda MKRI akan tetap pada rencana semula, jelas mereka akan kehilangan simpati publik, karena sebelumnya telah melakukan penyangkalan. Seandainya isu itu tidak dilontarkan beberapa hari yang lalu, mungkin pihak MKRI akan tetap mengusung agenda utamanya. Entah bagaimana caranya.
Di sisi lain, SBY ingin mengetahui tanggapan orang-orang di partai-partai pendukung atau partai oposisi. SBY sangat menyadari konsekuensi dari isu yang dilontarkannya, ia akan dicibir oleh tokoh masyarakat atau tokoh nasional. Namun, di balik itu, SBY juga mendapatkan keuntungan. Sebab, cibiran yang diterima itu merupakan tanda bahwa para tokoh itu tidak menghendaki terjadinya penggulingan pemerintahan yang sah. Bukankah, orang yang mencibir isu itu berarti menolak yang diisukan?
Itulah sedikit pendapat dari saya sebagai orang awam, yang hanya tahu politik dari berita-berita di media digital. Namanya demokrasi, boleh kan mengeluarkan pendapat? He...he...
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H