Sayang,
berilah aku separuh warasmu yang saban fajar hingga petang tak jua datang sebab buta dalam temui arah jalan pulang.
Izinkan sukmaku tuk merawatnya hingga ia tunduk, dan berhenti merajuk.
Biar kupangku juga kacau di matamu yang takut pada gulitanya malam, sembari kita sama-sama luruskan garis yang tengah sengkarut.
Kini suaramu gemar menitipkan keheningan,
tapi rintih di kepalamu malah bising minta dibebaskan.
Maka sayang,
bolehkan aku tuk meredam gaung yang tak beraturan itu dengan getir bibir yang sudah terlampau khawatir.
Kemarilah,
pelukku selalu sanggup tuk menangkap biru yang membelenggu sekujur tubuhmu yang kian lebam, dan menjadi ungu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H