Lihat ke Halaman Asli

Perintis Gaya "Blusukan"

Diperbarui: 13 Maret 2017   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beragam cara orang mencari perhatian dan simpati orang lain. Dari cara remeh yang sudah dihafal banyak orang, sampai cara unik dan aneh yang belum banyak dilakukan orang. Tingkah "caper" - cari perhatian ini, biasanya dimulai dari merubah tampilan fisik, membuat gaya berbeda atau memakai ciri khusus agar tetap menarik perhatian.

Dan "Blusukan" adalah salah satu cara yang banyak diadopsi guna meraih simpati yang diharapkan.

Tentu ini sah saja. Tidak ada yang salah dengan cara yang dipakai. Toh, semua yang mereka lakukan hanya ingin menarik simpati. Jika cara yang mereka tampilkan tidak menarik atau malah wagu menurut anggapan kita, ya..cuek saja. Tidak usah mencemooh, apalagi sampai menghadang dan mengusirnya.

Sebetulnya cara menarik simpati seperti itu bukan hanya domain caleg, kontestan pilkada atau pejabat saja. Meski langkah ini memang sering mereka lakukan jika sedang ada maunya.

Kalangan bawah - rakyat jelata - yang berjuang meraih taraf hidup yang lebih layak, sebenarnya juga tidak kalah cerdas dari mereka.

Jauh sebelum blusukan dikenal, ada sosok lain yang mempraktekkan cara ini lebih dahulu. Pedagang. Ya, khususnya pedagang keliling. Bertahan hidup dengan cara menjajakan barang dagangan dari kampung ke kampung, ternyata sanggup menciptakan image tersendiri guna dagangannya dikenal banyak orang.

Kalau mereka yang "di atas" membangun untuk pencitraan diri, para pedagang ini membangun citra untuk produk mereka. Berbagai trik dan cara digunakan agar barang dagangannya dikenal, laku dan banyak diminati orang.

Tidak percaya kalau mereka bisa seperti itu?. Yuk, tengok mereka :

1. Penjual Arbanat/rambut nenek

Jajanan ini hampir mirip arum manis, tetapi dengan tekstur berbeda. Arbanat mempunyai tampilan seperti ijuk tetapi masih berasa manis. Dijajakan dengan berjalan kaki sembari membunyikan alat musik gesek semacam rebab. Gesekan alat ini melantunkan irama khas penjual arbanat, "ngik..ngok...ngik..ngok". Dari dapur jika mendengar suara ini, sudah dapat ditebak kalau pedagang arbanat sedang lewat.

Sayang, riwayat jajanan ini tak semanis rasanya. Sudah jarang menemukan pedagang arbanat lewat keliling kampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline