Soal makanan, dulu pertama kali menjadi anak perantauan saya merasa aneh dengan rasa masakan yang saya beli di warteg dekat kosan.
Saya dari Sumatra yang merantau ke kota Bandung untuk melanjutkan kuliah.
Sebagai orang Sumatra, saya terbiasa dengan masakan yang bercita rasa asin, gurih dan pedas. Sayurnya gurih, sambalnya tidak pakai gula jadi bener-bener pedas.
Sementara di Bandung, sayurnya itu terasa manis sampai sambalnya pun manis. Pertama kali makan tentu saja terasa aneh dong untuk saya yang terbiasa dengan masakan Sumatra yang rasanya asin, gurih dan pedas.
Sampai pernah merasa bingung mau beli lauk pauk apa karena rata-rata rasa masakannya itu manis sampai nasi padang pun rasa rendang dan gulainya manis.
Oleh karena itulah dulu saya memutuskan untuk masak sendiri kebetulan alat masak di kosan juga lengkap jadi tinggal beli bahan saja.
Tapi setelah beberapa tahun tinggal di Bandung akhirnya saya terbiasa juga dengan cita rasa makanannya. Karna sudah terbiasa jadi sekarang saya sering beli makanan di warteg, sementara nasinya masak sendiri kalau sedang tidak ada waktu untuk masak makanan di kosan.
Kalau ditanya lebih hemat masak sendiri atau beli makanan yang sudah jadi?
Sepengalaman saya sih lebih hemat beli lauk pauknya tapi nasinya masak sendiri.
Saya sudah mencobanya, masak sendiri sudah pernah dan beli lauk pauknya saja sementara nasinya masak sendiri juga pernah.
Begini, kalau masak sendiri itu harus membeli bumbu, minyak, gas dan tentu saja bahan-bahan lain untuk memasak sehingga uang yang harus dikeluarkan lebih banyak dibandingkan kalau beli lauk pauk yang sudah jadi di warteg.