Lihat ke Halaman Asli

Aristia PM

Hanya seorang guru yang belajar nulis

Lorosae | Bab 3 | Berpisah untuk Memulai

Diperbarui: 4 Januari 2019   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di hari kedua, kami kedatangan kawan baru. Teman-teman guru dari Bali dan Lombok. Kami mulai berbaur, tidak lagi "bring kaditu bring kadieu" (kemana pergi selalu bersama)

Hidangan pertama yang kami santap di penginapan itu adalah tumis bunga pepaya dan sambal jeruk nipis. Bisa bayangkan rasanya? Seperti makan nasi yang rasanya netral dipadukan dengan tumis bunga pepaya yang pahit dicampur sambal jeruk nipis yang asem. Masih belum terbayang?  Ya begitulah, semua rasa bercampur aduk di lidah. Bersyukur, masih ada yang bisa dimakan.
***

Setelah pengarahan di aula, kami mendekati guru-guru yang baru datang.

"Asli Bali ya?", tanya Nia mulai  mengakrabkan diri dengan guru baru.


"Iya", jawab seorang guru berambut panjang sepinggang yang diikat sekenanya. Wajahnya hitam manis. Dan semakin manis saat ia tersenyum. Aku diam-diam mengamati matanya. Tidak seperti para penari Bali yang matanya melotot saat menari, hehe..

Nia dan guru manis yang bernama Lastri itu terlihat semakin akrab. Sesekali aku ikut tertawa mendengar percakapan mereka. Ya masa iya yang lain tertawa, terus aku cemberut? Ga lucu kan? Sementara ini, aku belum ada ide untuk sksd, sok kenal sok dekat.

"Eh, kalau bahasa Balinya apa kabar itu apa?", tanya Nia.

"Ken ken kabare?", jawab Lastri. Senyum manis selalu menghiasi wajah ayunya.

"Trus jawabnya gimana?"

"Becik-becik"

"Oh, becik-becik? Logatnya harus gitu ya?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline