Lihat ke Halaman Asli

Rista Puspita

Psikolog Klinis

Mengembangkan Ikatan Emosional Orangtua-Anak

Diperbarui: 21 Desember 2022   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Anak saya gampang sekali merasa kesal, sedikit-sedikit marah dan jadi keterusan rewel"

"Anak saya cepat menyerah kalau sudah menghadapi tugas yang dia rasa engga bisa".

Sering kali ungkapan ini dirasakan sebagian orang tua seiring orang tua tengah berjuang berbagi peran & kesibukan dalam keluarga, atau justru banyaknya waktu luang untuk menemani anak.

Salah satu hal terpenting dalam kehidupan orangtua adalah melihat anak bertumbuh dengan kedekatan emosional bersama orangtua. Anak dapat menjadi mudah menerima masukan, kooperatif, menunjukkan semangat. Sebaliknya, pernyataan yang dirasakan diatas ternyata dapat menjadi tanda kurangnya orang tua membangun pondasi dalam perkembangan anak, yaitu relasi keluarga yang kokoh. Anak kurang dapat mengembangkan penyesuaian diri terhadap tantangan, justru terus mengharapkan kehadiran dan bantuan orang tua.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan diantara orang tua--anak menentukan penyesuaian diri anak saat mereka beranjak dewasa (Doyle, 2004). Relasi ini bisa diibaratkan sebagai investasi jangka panjang orang tua bagi buah hati kesayangan. Nah berikut, 6 gaya interaksi yang perlu dilakukan oleh orang tua membangun kekuatan diri anak.

1. Penjadwalan Aktivitas Positif

Bangun kekuatan relasi keluarga melalui aktivitas rekreatif bersama yang dilakukan terjadwal. Pada hari Minggu pukul 08.00 selama 1 jam. Berikan anak peran utama untuk menentukan jenis permainan serta aturan main. Pastikan orangtua menjadwalkan ulang saat melewatkan waktu yang telah ditentukan. Kembangkan interaksi diantara keluarga melalui komunikasi yang diajarkan oleh orangtua. Ajarkan anak cara komunikasi yang berfokus pada pengenalan emosi, keterampilan mengungkapkan perasaan serta keterampilan penyelesaian masalah. 

Lakukan dalam bentuk simulasi situasi yang menyenangkan sebagai latihan. Misalnya, bagaimana anak menghadapai situasi 'mendadak kaya' dengan uang 1 milyar rupiah. Kembangkan rutinitas dan kebiasaan keluarga. Aktivitas rutin dapat berupa hal sederhana seperti jam makan bersama, waktu mandi, tidur, bermain bersama. Rutinitas melibatkan tanggung jawab seperti mengerjakan PR, membereskan kamar. Hal tidak kalah penting adalah kebiasaan yang dapat membangun momen spesial, seperti perayaan ulang tahun, prestasi, hari raya agama, liburan rutin.

2. Waktu Berbincang Khusus

Anak merasa beruntung ketika mereka memiliki orang tua yang benar--benar mendengarkan. Tujuan waktu berbincang khusus yaitu berbicara pada anak mengenai apa yang mereka alami dan lewati. Pada kesempatan ini, tujuan yaitu fokus sepenuhnya pada anak dan berusaha memahami bagaimana perasaan mereka. Orang tua dapat bertanya, tapi upayakan agar anak tidak merasa 'diinterogasi'. Berusahalah membangun suasana dimana ia merasa bebas untuk membicarakan hal apapun yang ada di benak mereka. 

Orang tua dapat membicarakan topik mengenai hal yang tengah mereka fokuskan, minat yang mereka miliki, dan bagaimana perasaan mereka mengenai masalah yang mungkin tengah dihadapi dan keberhasilan yang baru saja mereka capai akhir-akhir ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline