Jokowi menegaskan bahwa impor Indonesia Rp 320 Triliun untuk pangan. Kalau masalah impor pangan ini bisa diselesaikan, neraca perdagangan Indonesia akan baik. Kita tidak usah keluarkan uang untuk impor bahan pangan. Jokowi juga menyindir banyak pengusaha dalam negeri yang masih menyimpan uang di luar negeri,”kalau persepsi bisa dibangun dari dunia usaha, kita ada harapan tumbuh lebih baik, ya kita akan tumbuh. Bapak ibu kan punya uang, ada yang disimpan di rumah, bank, Singapura, Swiss, Hongkong”, sindir Jokowi dalam acara Presiden Jokowi menjawab tantangan ekonomi di ruang cendrawasih JCC, Jakarta, Kamis kemarin (9/7/2015).
Sindiran Jokowi baik untuk masalah impor pangan dan uang pengusaha yang disimpan saja apalagi yang disimpan di luar negeri, merupakan sindiran kepada kaum kapitalis sangatlah tepat, karena persoalan di Indonesia akan semakin sulit kalau mental oportunis pengusaha masih bersemanyam karena bangsa Indonesia butuh pengusaha yang dadanya bener-bener merah putih dan bermental nasionalis bukan hanya mental kapitalis yang hanya mengukur untung atau rugi atau untung banyak baru mau terjun. Disaat tertentu kita butuh nasionalisme yang dikedepankan.
Pernyataan Jokowi membuat kita semakin sadar bahwa untuk membangun perekonomian bangsa ini butuh pengusaha yang nasionalis yang benar-benar berjiwa merah putih. Dan sindiran Jokowi, buat saya seolah-olah sebuah sindiran untuk pengusaha “manja” tetapi menjadi penyemangat untuk masyarakat kecil seperti saya yang bukan pengusaha tetapi tergerak untuk menggalang dana “patungan usaha”. Konsep patungan usaha ini sebenarnya sempat ramai dengan tokoh ustadz Yusuf Mansyur sebagai sang penggagas ide, walaupun sebenarnya bukan satu-satunya tetapi yang muncul dipermukaan karena ketenaran sang ustadz menjadi bahan “gorengan” media.
Konsep menggerakan dana umat untuk kepentingan bangsa saya fikir merupakan solusi ditengah kondisi bangsa yang sekarang ini, bangsa Indonesia sudah terlalu berkiblat pada kapitalisme, dimana sistem ekonomi kita dalam perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik modal besar dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal pada akhirnya hanya berfikir untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Padahal bangsa ini dibangun dengan konsep gotong royong dan persatuan bangsa senasib sepenanggungan, bagaimana dulu rakyat “patungan” untuk mendukung pergerakan perjuangan kemerdekaan, dan tanpa bertanya akan dapat apa setelah merdeka nanti. Sekarang pun kita bisa melakukan konsep “patungan” untuk menjawab tantangan Jokowi tersebut.
Dijaman internet yang cagih ini, untuk menggerakan kekuatan umat yang kecil tetapi kalau dikumpulkan bisa memberikan kontribusi positif yang nyata untuk membantu bangsa ini keluar dari impor bahan pangan. Melalui wadah iGrow Club kami bisa membangun kemandirian bangsa untuk memberikan tindakan nyata sesuai dengan keahlian masing-masing ada yang menjadi investor, pengelola dan pengawas. iGrow club bisa diikuti siapa saja, karena iGrow menyediakan system untuk supervisi dan administrasi kegiatan tanam menanam, sehingga apapun yang kita tanam akan dapat kita pantau perkembangannya dari waktu ke waktu semudah membuka akun Facebook atau Twitter.
iGrow mengintegrasikan seluruh resources yang diperlukan untuk tumbuhnya sebuah kemandirian pangan dan terlepas dari masalah impor pangan, mulai dari bibit sampai panennya kelak. Di sistem iGrow kita dapat menanam pohon bahkan bila kita tidak memiliki tanah dan resources apapun. Melalui sistem Sertifikat Kepemilikan, kita dapat memiliki pohon-pohon produktif sendiri tanpa harus membeli lahannya.
Melalui iGrow club, kita bisa memiliki sebidang kebun lengkap dengan pohon-pohon buahnya tanpa harus kita sendiri yang belajar menanamnya dengan bersusah payah. Sistem supervisi dan administrasi di iGrow memungkinkan kebun kita dikelola para profesional di bidangnya dan dari waktu ke waktu ada pihak surveyor atau ahli independen yang memverifikasi pekerjaan para profesional ini. Untuk mengamankan portfolio tanaman Anda, maka secanggih dan se-amanah apapun Farm Infrastructure Provider yang ada, dalam system iGrow, petani tetap diawasi oleh independent surveyor/supervisor. Apa gunanya ? untuk make sure bahwa petani bener-bener menanam tanaman yang kita pilih sesuai best practice di masing-masing jenis tanaman. Ketika musim panen tiba, Surveyor juga melakukan survey dan supervisi yang sama untuk meyakinkan bahwa hasil panennya wajar dan kita pun mendapatkan bagi hasil yang wajar.
Pada projek pertama yang kami gerakan, pada tahap awal dan yang sudah berjalan mengingat banyak umat yang ingin mensponsori kacang tanah, maka kita lakukan penanaman kacang tanah di Bali. Saat ini kebutuhan kacang tanah dalam negeri masih diimpor bahkan melebihi nilai impor beras. Pada tahap awal pergerakan “memerdekan” Indonesia dari impor kacang tanah, untuk penanaman seluas 45 hektar dengan dana patungan umat sebanyak 29 orang terkumpul dana Rp. 670.500.000 dimana dana ini digunakan untuk sewa lahan, pembelian benih, biaya penanaman, perawatan, panen, pemasaran, dan biaya supervisi untuk selama masa tanam sampai panen kacang tanah tersebut sekitar 6 bulan.
[caption caption="Lahan Kacang iGrow Club di Bali"][/caption]
[caption caption="Panen Kacang Tanah iGrow Club di Bali"]
[/caption]