Di angkasa malam, kutemukan dirimu dalam pendar bintang yang tak pernah layu. Semesta mengeja dirimu dalam hening membentuk rasi yang tak pernah selesai kupahami.
Kau adalah Bulan, dalam cahayamu ada teka-teki.
Antara terang yang memandu dan gelap yang menyembunyi, adakah makna dalam kilau itu?
Ataukah hanya pantulan dari sesuatu yang lebih jauh darimu?
Matamu seperti Venus di kala senja, membakar diriku menjadi abu tanpa disadari. Senyummu, Aurora di utara jauh yang
melukis langit dengan warna penuh damai.
Aku pengembara, kau langit luas.
Berlabuh padamu bagai bintang di batas.
Walau kadang kau seperti gerhana, hilang sejenak, namun tetap kupercaya.
Langit mengenalmu lebih dari aku,
Ia menjadi saksi bisu untuk segala yang kau sembunyikan.
Namun, dalam rahasiamu aku mendapati diriku,
menatap ke atas, mencari arti dari yang tak terjangkau.
Kau disimpan oleh jutaan bintang yang bercahaya sama, kau adalah sebuah pertanyaan,
filsafat tanpa jawaban.
Dan aku, seperti peziarah, hanya bisa berlutut, berharap pendar cahayamu menemukan diriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H