Lihat ke Halaman Asli

Pengendalian Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros L.) pada Tanaman Kelapa Sawit

Diperbarui: 20 Desember 2023   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Risnanda Deva Martha Niagara dan Sundahri

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Korespondensi : sundahri.faperta@unej.ac.id

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah menjadi komoditas unggulan yang telah menyumbang devisa negara dalam ekspor non migas tanaman perkebunan (Silalahi dkk, 2021). Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.) merupakan salah satu hama yang yang menyerang tanaman kelapa sawit umur 1 -- 4 tahun sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman belum menghasilkan (TBM) tidak optimal. Hal tersebut dipicu dengan adanya habitat yang sesuai dengan siklus hidup kumbang tanduk. Kumbang tanduk hidup pada batang kelapa sawit sisa replanting yang masih tegak dan membusuk karena cocok untuk stadia telur, larva, dan pupa (Candra dkk, 2019). Hama kumbang tanduk dapat menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit terutama pada tanaman muda. Kumbang tanduk merusak tanaman dengan cara mengerek kemudian menghisap cairan serta melubangu pelepah daun, batang, hingga buah. Tanda kelapa sawit terserang kumbang tanduk adalah adanya lubang bekas gerekan pada pelepah ataupun batang. Serangan kumbang daun mengakibatkan pelepah daun mudah patah dan membusuk, sedangkan pada buah mengakibatkan kerusakan dan berlubang (Triadi dkk, 2023). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi serangan hama kumbang tanduk serta meminimalisir kerugian yang lebih besar dan kematian tanaman akibat serangan hama ini dapat melakukan pengendalian. Pengendalian yang tidak optimal dapat mendorong tingginya serangan kumbang tanduk Pengendalian dapat menggunakan insektisida, feromon, repellent, pengendalian biologis dengan virus dan bakteri, serta pencegahan dengan insektisida nabati.

Pengendalian semiokimia dengan feromon

Sebelum pengaplikasian feromon, terlebih dahulu membuat ferotrap atau perangkap yang digunakan untuk menunjang aplikasi pengendalian semiokimia. Ferotrap akan dipasang feromon yang bersifat atraktan dan kumbang tanduk akan datang dan terperangkap pada alat tersebut. Ferotrap dapat terbuat dari pipa PVC, ember plastik, dan ember plastik kombinasi seng. Untuk meningkatkan efektivitas dari ketiga perangkap tersebut, dapat dikombinasikan dengan cahaya karena kumbang tanduk merupakan hewan nokturnal dan sebagian besar hewan nokturnal akan tertarik terhadap cahaya (Hardiansyah dkk, 2022).

Pengendalian dengan sanitasi

Sanitasi merupakan teknik pengendalian hama kumbang tanduk yang dapat memutus siklus hidup kumbang tanduk. Batang kelapa sawit yang telah membusuk merupakan tempat yang disukai kumbang tanduk, sehingga batang yang telah membusuk tersebut dirobohkan dan dicacah. Hal tersebut bertujuan agar batang yang telah dicacah terkena sinar matahari dan mengering karena larva kumbang tanduk tidak dapat hidup pada suhu yang tinggi (Efendi, 2021).

Pengendalian hayati dengan jamur Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae

Jamur Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendalian hayati untuk berbagai jenis serangga. Jamur Beauveria bassiana efektif untuk mengendalikan ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Orthoptera, dan Diptera. Jamur tersebut juga dapat mengendalikan kumbang tanduk terutama pada fase larva. Cara pengaplikasiannya adalah dengan menimbang jamur sesuai dosis (30 gram//1 liter air). Kemudian disiramkan pada tandan kosong kelapa sawit. Larva kumbang tanduk yang terinfeksi memiliki ciri-ciri yaitu perubahan perilaku menjadi lemah atau lambat serta terdapat perubahan warna kulit menjadi putih kekuningan serta ditandai bercak coklat kehitaman di sekitar kutikula (Magfira dkk, 2022). Bioinsektisida ini dapat mengendalikan populasi hingga berkurang 50% dalam waktu 11 hari dengan dosis 30 g/ekor larva (Sumiahadi, 2023).

Keterangan : A. Larva sehat, B. Larva terinfeksi B. basianna, C. Larva terinfeksi M. Anisopliae

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline