Lihat ke Halaman Asli

Senyum Terakhir untuk Sahabat

Diperbarui: 13 Juli 2015   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

*******

Deringan jam weaker membuyarkan mimpi Ilen di pagi buta. dengan tergesah-gesah turun dari tempat tidur
kemudian memasuki kamar mandi. Pagi itu ada final Semantik mata kuliah P' Habibi yang mengharamkan keterlambatan. Buru-buru Ia membereskan buku-buku yang akan dibawanya ke kampus. Pukul 08.10 Wita Ilen tiba di kampus dan langsung memasuki ruangan kuliah yang berada di lantai 3 fakultasnya. Pintu dibukanya, dan sosok dosen yang diseganginya telah berada diruangan dengan ekspresi wajah yang kurang mengenakkan. Setelah dipersilahkan duduk dia pun mengerjakan soal final meskipun tadi malam tidak belajar sama sekali.  Di Kampus, Ilen dikenal sebagai mahasiswa yang tidak disukai banyak dosen karena sikap dan tingkahnya yang selalu membuat dosen marah.

Berbeda dengan hari ini, sikap Pak Habibi terlihat berbeda dengan  hari biasanya, khusnya kepada Ilen, Ramah, tidak banyak protes dikelas, dan membuat Ilen terheran karena perubahan itu, Ilen pun hanya bisa tersenyum.

*******

" Hari ini aku yang trakti r " ungkap Ilen kepada teman-temannya yang sontak kegirangan

"Kamu lagi syukuran apa ni ? " g biasanya baek kyk gini ...

Ilen hanya tersenyum dan beranjak dari tempat duduknya.

Sepulang dari sekolah, Ilen mengajak teman-temannya ke taman  tempat biasanya mereka ngumpul.

Ilen adalah anak yang baik, Sebagai anak satu-satu di keluarganya di termasuk orang yang berada namun tidak sombong..

mereka menghabiskan waktu seharian hingga tak ada yang menyadari kalau hari sudah mulai sore.

mereka pun kembali kerumah masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline