Salah satu teori milik Jean-Francois Lyotard ialah teori postmodern yang membahas mengenai teks dan bahasa. Ajaran utama gerakan postmodern Lyotard lebih kepada satu, mengangkat teks dan bahasa sebagai fenomena fundamental eksistensi, yang kedua tentang penerapan analisis sastra pada seluruh fenomena, yang ketiga yaitu dalam memahami realitas dan representasi, yang ke empat, kritik terhadap metanarasi, yang kelima adalah argumentasi yang menentang metode dan evaluasi, yang ke enam lebih berfokus pada hubungan kekuasaan dan hegemoni, dan yang ke tujuh adalah kritik umum terhadap institusi dan pengetahuan Barat.
Postmodernisme berawal sebagai gerakan sosial eklektik yang berasal dari estetika, arsitektur dan filsafat (Bishop 1996). Dalam arsitektur dan seni, bidang yang dianggap sebagai penganut nama tertua, postmodernisme bermula dari reaksi terhadap abstraksi dalam seni lukis dan Gaya Internasional dalam arsitektur. Namun, pemikiran postmodern bisa dikatakan dimulai pada abad kesembilan belas dengan pernyataan Nietzsche mengenai kebenaran, bahasa, dan masyarakat, yang membuka pintu bagi semua kritik postmodern dan modern akhir tentang landasan pengetahuan.
Namun, di balik itu semua ternyata banyak yang menentang teori dari Lyotard. Berikut beberapa diantaranya :
1. Roy D'Andrade (1931-2016) -- Dalam artikel "Model Moral dalam Antropologi," D'Andrade mengkritik definisi objektivitas dan subjektivitas postmodernisme dengan memeriksa sifat model moral mereka. Ia berpendapat bahwa model moral ini murni subjektif. D'Andrade berpendapat bahwa meskipun objektivitas yang benar-benar bebas nilai tidak mungkin dilakukan, tujuan para antropolog adalah sedekat mungkin dengan cita-cita tersebut. Ia berpendapat bahwa harus ada pemisahan antara model moral dan model tujuan karena "model tersebut kontraproduktif dalam mengetahui cara kerja dunia." (D'Andrade 1995). Dari sana ia mempermasalahkan serangan postmodernis terhadap objektivitas. Ia menyatakan bahwa objektivitas sama sekali tidak mengutamakan kemanusiaan dan objektivitas juga bukanlah sesuatu yang mustahil.
2. Ryan Bishop -- "Genre etnografi Postmodernis telah dikritik karena memupuk subjektivitas yang memanjakan diri sendiri, dan karena membesar-besarkan aspek esoteris dan unik dari suatu budaya dengan mengorbankan pertanyaan-pertanyaan yang lebih membosankan namun signifikan."
3. Patricia M. Greenfield -- Greenfield percaya bahwa kurangnya objektivitas postmodernisme, dan kecenderungannya untuk memaksakan agenda politik, menjadikannya tidak berguna dalam menyelidiki ilmiah apa pun. Greenfield menyarankan penggunaan sumber daya di bidang psikologi untuk membantu para antropolog mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang relativisme budaya, sambil tetap mempertahankan objektivitasnya.
4.Bob McKinley -- McKinley percaya bahwa postmodernisme lebih merupakan sebuah agama daripada ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa asal usul postmodernisme adalah penekanan Barat pada individualisme, yang membuat para postmodernis enggan mengakui keberadaan budaya multi-individu yang berbeda.
5. Christopher Norris -- Norris percaya bahwa Lyotard, Foucault, dan Baudrillard terlalu sibuk dengan gagasan keutamaan penilaian moral (Norris 1990).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H