Sebagian orang berpendapat bahwa hal yang paling menyakitkan dalam hidup ini adalah kehilangan. Dahulu saat mendengar cerita seseorang yang mengalami kehilangan, aku berpikir bisa memahami semua yang orang lain rasakan, namun ternyata semuanya menjadi lebih sulit setelah aku merasakannya langsung.
Kekecewaan yang lahir dari rasa kehilangan bisa membuat otak lupa caranya berpikir. Ada hal yang membelenggu dalam dada, seribu bahkan sejuta kecewa.
Perlahan-lahan, akupun mulai setuju dengan pendapat kebanyakan orang bahwa kehilangan itu menyakitkan, tak peduli seberapa banyak amunisi yang kamu siapkan untuk menghadapinya, kehilangan bisa membuat duniamu runtuh dan kamu hanya menjadi debu dalam kenangan kebahagiaan.
Seseorang akan merasa kehilangan ketika hal yang pergi itu adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, atau sesuatu yang untuk memperolehnya butuh perjuangan dan pengorbanan.
Sesuatu yang hilang memang tak mungkin kembali lagi. Ia hanya bisa diingat dalam kenangan. Kehilangan bisa membuat orang frustasi, sehingga beberapa orang memilih melupakannya agar bisa kembali merangkai hidup.
Namun sulit bagiku untuk melupakan hal itu, sebab aku telah melibatkan perjuangan untuk berada di posisi itu.
Inilah puing-puing kenangan yang ingin kuceritakan padamu. Tentang langkah yang terantuk jatuh dan membuat kaki terkilir. Tentang mimpi yang tertahan dan angan yang terbuang.
Saat itu aku berkuliah di salah satu Universitas Negeri terbaik yang ada di Depok Jawa Barat. Untuk masuk kesana, kamu harus menyiapkan strategi yang banyak dan aku telah melaluinya dengan baik sehingga beruntung bisa menjadi bagian dari civitas akademiknya.
Bangga sudah pasti yang lebih banyak kukenang adalah perjuangan untuk mendapatkan nilai yang baik dan bertahan dengan IPK yang cukup.
Kehidupan kampus yang menyenangkan, teman-teman yang hebat dan tentu saja dosen yang kompeten menjadi hal yang selalu kuingat. Ingin kembali kesana dan mengulang semuanya, namun aku tak punya kuasa untuk memutar waktu.