Melihat pemandangan laut yang indah memang tak akan ada habisnya, apalagi bila di sore hari, sorot jingga yang dihasilkan dari matahari terbenam mampu membuat siapapun lupa dengan permasalahan yang ada. Tidak hanya itu, memandangi keindahan erlaut juga bisa menghilangkan rasa lelah dan stress ketika seharian bekerja. Makanya, banyak sekali orang yang memilih laut dan pantai sebagai tempat mereka berlibur juga menenangkan diri dan pikiran. Tapi apa jadinya kalau laut yang selalu terlihat indah kini dihiasi oleh banyaknya sampah? Rasa ingin mengurangi beban pikiran pun pasti tak akan bisa karena adanya bau menyengat yang mengusik indra penciuman yang dihasilkan oleh sampah tersebut. Sampah yang mengapung dan tertumpuk bagaikan gunung di sekitar pinggir laut menjadikan pemandangan yang kurang sedap dipandang, karena seharusnya laut itu biru indah, tapi sekarang hijau kecoklatan karena limbah.
Seperti yang terjadi di daerah Kangkung dan Bumi Waras yang ada di kota Bandar Lampung, dimana pemukiman warganya berdekatan dengan area laut. Karena tidak adanya Sokli (Satuan Operasi Keberhasilan Lingkungan) atau yang sering kita sebut dengan "tukang sampah", membuat para warga membuang sampahnya ke laut. Sampah yang ada di laut itu bukan semata-mata sampah rumah tangga saja seperti sayuran dan berbagai macam lainnya, tetapi banyak yang mendominasi adalah sampah plastik sekali pakai yang sulit terurai. Pemakaian plastik sebagai kemasan dari berbagai makanan dan minuman, kemasan barang konsumsi, kantong belanja serta pembungkus lainnya tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, karena plastik merupakan bahan polimer sintesis yang murah didapat dan sangat praktis dalam penggunaannya. Penggunaan plastik yang tidak dapat dihentikan serta pembuangan sampah yang belum strategis menyebabkan penumpukan jumlah sampah plastik di laut makin banyak. Karena sifat plastik yang sulit terurai membuat sampah plastik akan bertahan lama di laut dan dapat berpindah tempat sampai jauh karena terbawa ombak. Sampah dari plastik itu dapat menyebabkan berbagai dampak yang serius sekaligus berkepanjangan seperti terancamnya ekosistem laut, keselamatan lingkungan laut, menyebabkan bioakumulasi polutan dan racun serta kesehatan dan penghidupan manusia.
Dikutip dari voaindonesia.com total sampah yang masuk ke laut pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 521.540 ton, dimana sekitar 12.785 ton berasal dari aktivitas di laut. Meskipun banyak dari kita yang mengetahui dampak dari membuang sampah sembarangan, tapi tetap saja masih banyak orang yang melakukan hal tersebut. Hal ini menjadikan warga terbiasa hidup dengan sampah dan menghasilkan perilaku yang kurang baik dari sebuah kebiasaan, dimana masyarakat sudah tak peduli lagi dengan jumlah sampah plastik di lingkungannya yang terus menerus meningkat dan beresiko terjangkit berbagai penyakit, karena sampah yang menumpuk itu adalah tempat berkembangnya bibit-bibit penyakit. Bukan hanya itu, sampah plastik juga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia lewat rantai makanan. Ketika hewan-hewan laut memakan sampah plastik yang sudah berubah menjadi serpihan yang lebih kecil, manusia turut terancam karena sebagian makanan yang kita konsumsi berasal dari laut. Menurut studi kasus yang dikembangkan oleh mahasiswa Montana State University (2012) di dalam plastik terdapat kandungan berbahaya seperti timbal, kadmium, dan merkuri yang sangat beracun, adapula plastik yang mengandung diethylhexyl phthalate (DEHP). Racun-racun lain yang ada pada plastik dapat menyebabkan berbagai permasalahan bagi manusia seperti kanker, terganggunya sistem kekebalan tubuh dan perkembangan anak hingga cacat lahir.
Selain manusia, hasil dari sampah yang menumpuk di laut juga berdampak pada perekonomian, terutama pada nelayan yang kehidupannya bergantung pada hasil laut juga industri pariwisata. Di lansir dari worldfinance.com, plastik bisa menyebabkan kerusakan pada alat-alat penangkapan ikan seperti jaring. Sedangkan bagi industri wisata, adanya sampah plastik dapat berdampak pada berkurangnya jumlah pengunjung, yang artinya pendapatan merosot jika masalah ini tak cepat ditanggulangi.
Dampak dari adanya sampah di laut memang sefatal itu. Dampak buruknya, bukan hanya pada biota laut, tapi manusia juga akan terkena imbasnya. Jadi, tak ada kata terlambat untuk membenahi permasalahan ini agar cepat teratasi. Contohnya saja seperti memberlakukan petugas Sokli agar masyarakat tidak lagi membuang sampahnya ke laut. Juga dengan melakukan kegiatan rutin mengumpulkan sampah yang berada di laut agar kebersihan laut tetap terjaga dan dapat terbebas dari sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H