Bandung– Kopi merupakan salah satu komoditas andalan Jawa Barat dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Untuk menghasilkan kopi dengan kualitas yang baik, terdapat beberapa hal yang masih menjadi tantangan bagi para petani kopi, salah satunya adalah proses pasca panen.
Proses ini miliki tujuan utama untuk memisahkan biji kopi dari daging buah kopi, atau yang sering disebut ceri kopi. Secara umum terdapat tiga metode umum yang dapat dipilih, yaitu metode basah, kering atau gabungan/kombinasi keduanya. Pemilihan dan keberjalanan proses ini sangat tergantung dari kondisi lingkungan, dan akan menentukan lamanya proses dan juga hasil akhir kopi yang didapatkan.
Kondisi lingkungan yang tidak menentu, seringkali menghasilkan kopi yang kurang atau tidak konsisten dari satu masa panen ke masa panen berikutnya. Selain itu, kurangnya pengontrolan proses pasca panen dapat mengakibatkan kegagalan yang pada akhirnya menyebabkan cita rasa kopi yang kurang atau tidak diminati.
Salah satu yang berkontribusi terhadap keberhasilan proses pasca panen adalah pengontrolan mikroba. Dengan mengontrol mikroba, kita dapat menekan mikroba merugikan yang menyebabkan kegagalan pasca panen, sekaligus menjaga konsistensi produk, dan bahkan meningkatkan kualitas cita rasa kopi yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan konsistensi kualitas biji kopi adalah dengan memanfaatkan mikroba lokal sebagai agen pengontrol fermentasi kopi selama proses pascapanen kopi.
Oleh karena itu pada tahun 2021, salah satu tim dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, mengusung kegiatan “Peningkatan Proses Pascapanen Kopi dengan Menjaga Kualitas Air dan Menggunakan Mikroba Lokal di Jawa Barat”. Tim ini terdiri dari Bapak Dr. Intan Taufik dan Bapak Jayen Aris Kriswantoro, S.Si., M.Si. serta Alvira Niryana Ravita mahasiswa Prodi Mikrobiologi ITB.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) yang didanai oleh LPPM ITB ini berharap dapat meningkatkan kualitas mutu biji kopi dengan memanfaatkan penggunaan kultur starter mikroba lokal oleh para petani di daerah Jawa Barat.
Rangkaian program diawali dengan webinar pada 11 April 2021 (simak videonya di sini) yang dibuka langsung oleh Dekan SITH ITB, Dr. Endah Sulistyawati. Kegiatan daring ini diikuti secara langsung oleh 146 peserta, yang juga dihadiri oleh beberapa peserta dari luar Jawa Barat, bahkan luar pulau Jawa.
Di akhir webinar, 15 petani/kelompok petani dari 8 kabupaten di Jawa Barat langsung menyanggupi untuk terlibat dalam program ini. Para petani ini selanjutnya mengirimkan sampel ceri kopi, dan juga air yang digunakan dalam proses pasca panen ke SITH ITB untuk diteliti kandungan mikrobanya. Bahkan beberapa petani dari pulau Jawa pun tertarik, dan menyusul mengirimkan sampelnya.
Kajian di laboratorium di SITH ITB ini juga dibantu oleh dua orang asisten, dan akhirnya berhasil mengisolasi beberapa jenis bakteri dan ragi, baik dari sampel ceri kopi arabika maupun robusta yang telah dikirimkan sebelumnya.
Selain itu, di masa pandemi ini tim menyempatkan juga untuk melakukan kunjungan lapangan untuk memberikan secara langsung mikroba yang telah diisolasi, termasuk memberikan pelatihan dasar terkait cara penggunannya.