Lihat ke Halaman Asli

Risma Ristianti

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Daerah Cibiru

Skoliosis: Menghadapi Kelengkungan Tulang Belakang dan Membangun Kualitas Hidup yang Sehat

Diperbarui: 12 Desember 2023   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.dreamstime.com

Skoliosis adalah kondisi medis yang umum terjadi dan dapat memiliki dampak negatif pada kualitas hidup individu jika tidak ditangani dengan tepat. Memahami dan mengatasi skoliosis merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan secara menyeluruh. Tujuan dari esai ini adalah untuk menyelidiki secara mendalam tentang skoliosis, meliputi strategi penanganan yang efektif, serta memberikan saran untuk menjalani gaya hidup sehat baik bagi individu yang mengidap skoliosis maupun bagi mereka yang berupaya mencegahnya. Mengatasi skoliosis dengan cara yang efektif memiliki peran yang signifikan dalam menjaga kualitas hidup yang optimal. Dalam esai ini, akan dikaji secara mendalam mengenai skoliosis, termasuk metode penanganan yang dapat dilakukan, serta rekomendasi untuk meningkatkan gaya hidup yang sehat.

Menurut Burnside dan Mcglynn (1987), skoliosis merujuk pada kondisi medis di mana terjadi lengkungan lateral pada tulang belakang yang dapat terlihat secara visual melalui pengamatan langsung pada bagian belakang tubuh. Skoliosis dapat dikarakterisasikan sebagai penyimpangan tulang belakang dari garis tengah yang normal, atau sebagai lengkungan abnormal pada tulang belakang (Suratun, 2006). Skoliosis juga dapat disebabkan oleh kelainan struktural pada tulang belakang yang hadir sejak lahir, atau dapat juga terjadi sebagai akibat dari gangguan neuromuskular atau distrofi otot (Corwin, 2008).

Gangguan neuromuskular adalah kondisi medis yang dikenal sebagai gangguan yang mempengaruhi sistem otot-tulang serta mengganggu bagian yang bukan dari otak atau sumsum tulang belakang. Penyebabnya bisa bervariasi, termasuk kelainan bawaan sejak lahir, gangguan hormonal, dan gangguan autoimun. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya, seperti dapat menyebabkan pemborosan otot dan penurunan kekuatan otot secara bertahap, yang berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang.

Menurut Asosiasi Bedah Saraf Amerika, prevalensi skoliosis mencakup sekitar 2 hingga 3 persen dari populasi, atau sekitar 6 hingga 9 juta individu di Amerika Serikat. Skoliosis merupakan kelainan postur tulang belakang yang ditandai oleh lengkungan lateral yang abnormal. Meskipun skoliosis dapat terjadi pada individu dari berbagai usia, kejadian yang lebih tinggi umumnya terjadi pada anak-anak usia 10 hingga 15 tahun. Selain itu, skoliosis juga lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Penyebab skoliosis dapat bervariasi dan seringkali multifaktorial. Faktor genetik memiliki peran penting dalam perkembangan skoliosis, dengan adanya riwayat keluarga yang terkena skoliosis meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Selain itu, pertumbuhan tulang yang tidak seimbang juga dapat menjadi penyebab skoliosis, di mana pertumbuhan yang tidak merata pada tulang belakang menyebabkan lengkungan lateral yang abnormal. Beberapa kondisi medis seperti cerebral palsy atau distrofi otot juga diketahui berhubungan dengan perkembangan skoliosis. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus, penyebab skoliosis tidak dapat diketahui dengan pasti.

Dampak skoliosis pada kehidupan seseorang bisa berbeda-beda tergantung sejauh mana kelengkungan tulang belakangnya. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala apapun, sedangkan yang lainnya bisa merasakan rasa sakit di punggung, kesulitan dalam bernapas, atau perubahan pada penampilan seperti bahu dan pinggul yang tidak seimbang. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Spine mengungkapkan bahwa skoliosis juga dapat berdampak pada aspek psikologis, seperti menurunnya kualitas hidup dan meningkatkan risiko depresi.

Pengobatan skoliosis melibatkan berbagai strategi tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan usia pasien. Terdapat berbagai pendekatan yang digunakan dalam upaya mengatasi skoliosis, termasuk fisioterapi, penggunaan brace, dan dalam kasus yang parah, operasi dapat menjadi pilihan terakhir. Menurut data yang dikutip oleh Asosiasi Bedah Saraf Amerika, sekitar 30.000 anak di Amerika Serikat menjalani operasi untuk skoliosis setiap tahunnya. Pendekatan pengobatan yang dipilih harus disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat keparahan skoliosis, usia pasien, dan respons terhadap terapi non-bedah sebelumnya. Keputusan untuk menjalani operasi harus dibuat setelah pertimbangan yang matang, dengan melibatkan tim medis yang berpengalaman dan mempertimbangkan manfaat serta risiko yang terkait dengan prosedur tersebut.

Dalam penanganan skoliosis, tidak hanya terfokus pada pengobatan medis, tetapi juga pentingnya menjalani pola hidup yang sehat. Aspek-aspek penting dalam menjalani pola hidup sehat ini meliputi menjaga postur tubuh dengan baik, melakukan aktivitas olahraga yang sesuai, dan menghindari kebiasaan yang berpotensi merugikan kesehatan diri sendiri. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga posisi tubuh yang benar, dengan memperhatikan kejajaran tulang belakang dan menghindari posisi membungkuk yang berlebihan. 

Selain itu, pemilihan jenis olahraga yang tepat juga menjadi faktor penting dalam mengatasi skoliosis, dengan memilih olahraga yang tidak memberikan beban berlebih pada tulang belakang. Terakhir, menghindari kebiasaan yang dapat merusak kesehatan diri sendiri, seperti sering membungkuk atau mengangkat beban yang terlalu berat, juga merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan tulang belakang. Dengan menjalani pola hidup sehat ini, diharapkan skoliosis dapat dikendalikan dan dampak negatifnya terhadap kesehatan tubuh dapat dikurangi.

Dalam konteks kehidupan sosial, memberikan dukungan dan partisipasi kepada individu yang mengalami skoliosis memiliki nilai yang sangat penting. Memberikan pemahaman dan kesadaran tentang skoliosis juga dapat membantu mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline