Lihat ke Halaman Asli

Risman Senjaya

Writer Wannabe

Pengkhianat dalam Pelarian

Diperbarui: 24 November 2020   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.pixabay.com

Suara ketukan keras itu telah merusak nyenyak tidur Subandi. Ketukannya seperti ingin menagih hutang. Awalnya ia mengira itu hanya bunga tidurnya saja, ternyata ia salah. Itu adalah suara pintu kamarnya digedor. "Ah, siapa pula pagi-pagi begini bertamu. Ngga punya otak!" begitu benaknya.

"Iya tunggu sebentar," jawab Subandi sembari bangkit dari ranjang lalu mencuci muka sekadarnya. Lalu dibukanya pintu kamar kontrakan dan ternyata yang datang adalah tiga orang berbadan tegap dan berambut cepak. Tak satu pun dari mereka dikenal oleh Subandi.

"Selamat pagi, anda saudara Subandi?" tanya salah satunya yang berjaket kulit warna coklat.

"Iya, saya Subandi. Maaf, anda bertiga ini siapa? Saya tidak mengenal kalian semua," ujar Subandi sembari mengamati mereka satu persatu. Firasatnya mengatakan hal buruk akan menimpanya. Tiga orang dihadapannya bisa jadi pesaing bisnisnya atau lebih buruk lagi, Polisi.

"Kami bertiga dari Kepolisian Resort Jakarta Barat. Saudara kami tahan untuk kasus pengedaran narkotika. Silahkan ikut kami ke kantor dan jelaskan semuanya disana!" tegas pria berjaket coklat. Lalu ia memberi kode kepada dua rekannya untuk menangkap Subandi.

Tanpa perlawanan Subandi ditahan dan dibawa ke kantor polisi. Kedua tangannya diborgol dan dibawa kedalam sebuah mobil minibus. Sepanjang perjalanan menuju kantor polisi, Subandi hanya bisa menerka-nerka. Siapa gerangan yang telah tertangkap dan memberikan namanya pada polisi. 

Subandi sangat yakin bahwa ia menjalankan bisnisnya dengan rapi. Mustahil bisa diendus oleh aparat dengan mudah. Semuanya masih menyisakan tanda tanya besar dalam diri Subandi. Dari pada berasumsi, Subandi memutar otak untuk bisa lepas dari tahanan.

Disana ia diinterogasi terkait peredaran narkotika jenis shabu. Ia dicurigai masuk dalam jaringan pengedar shabu kelas kakap. Salah satu kurir telah ditangkap, dan di gawainya masih tersimpan riwayat komunikasi yang dicurigai adalah transaksi narkoba, termasuk dengan Subandi. 

Beruntung bagi Subandi yang tertangkap adalah kroco alias kasta rendahan. Dia jelas tidak pernah bertemu langsung dengan Subandi atau yang dikenal sebagai Chivas Regal di jaringan narkoba Black Rose.

Subandi pandai berkelit. Ia menjawab belasan pertanyaan polisi dengan jawaban yang tak sebenarnya. Dipikirannya adalah bagaimana caranya keluar dari tempat ini. Ia harus menghilangkan bukti-bukti dirinya terlibat jaringan narkoba yang menguasai barat Jakarta. 

Gawai miliknya yang disita oleh polisi, bukanlah gawai yang biasa ia pakai untuk transaksi narkoba. Gawai untuk transaksi narkoba, masih tersimpan di apartemen yang ia sewa di daerah Pantai Indah Kapuk. Daftar transaksi dan anggota jaringannya juga masih tersimpan di laptop.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline