Lihat ke Halaman Asli

Psycho-map Negeri Tanpa Bendera

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

negeritanpabendera

[caption id="" align="alignnone" width="310" caption="negeritanpabendera"][/caption]

SEBELUM Tuan dan Puan berdebat secara ilmiah, sedini mungkin kami tegaskan: "Jangan mencari alamat negeritanpabendera di peta negeri tuan dan puan."


Tidak akan ditemui! Sekalipun Tuan dan Puan mencarinya ke peta-peta kuno, bahkan hingga ke peta middle-earth, tempat Souron, Sang Raja Kegelapan pernah mengumpulkan Ring of Power, juga tidak akan ada!

Karena itu kami segera katakan saja bahwa kami ada bukan di geo-map tapi di psycho-map. Lebih tepatnya lagi, kami ada di mind-map dan heart-map. Karena itu pula, sangat mungkin Tuan dan Puan juga salah satu penduduknya. Jika bukan sekarang, mungkin suatu saat nanti.

Sama seperti sejarah terbentuknya negeri-negeri Tuan dan Puan yang kini ada. Negeri kami, negeritanpabendera juga ada karena hasil benturan. Tentu bukan karena benturan alam sehingga bumi yang dulunya satu daratan akhirnya menjadi banyak kepulauan yang kini Tuan dan Puan klaim sebagai negeri Tuan dan Puan.
Negeri kami, negeritanpabendera, bukan terbentuk karena benturan alam melainkan karena benturan politik, benturan ekonomi, benturan sosial, dan bisa jadi juga karena benturan budaya dan agama.

Beda kami dengan nenek monyang Tuan dan Puan adalah kami tidak pergi untuk mencari pulau lain dan lalu menyingkirkan penduduk asli. Kami ada disemua negeri yang kini Tuan dan Puan perintah.

Seperti penduduk asli, kami tidak memerintah. Kami adalah orang-orang "taklukan" Tuan dan Puan yang telah menjadikan negeri ini sebagai tanah warisan lewat politik kosmetik yang Tuan dan Puan ciptakan dari sejak pertama kali konsep kekuasaan Tuan dan Puan perkenalkan dan terapkan.

Buat kami, baik monarki, oligarki, maupun demokrasi sama saja. Dalam prakteknya Tuan dan Puan tetap melanggengkan politik negeri warisan. Mewariskan kekuasaan Tuan dan Puan baik secara garis keturunan, garis kekayaan, maupun garis ideologi. Tuan dan Puan tidak pernah menjadikan negeri ini sebagai negeri harapan yang semua orang berhak berlomba dalam mengapai dan mendistribusikan kasih sayangnya.

Mungkin Tuan dan Puan bertanya, "Apakah kami marah?"

Ya! Dengan pasti kami katakan bahwa kami marah. “ Sekali lagi, kami katakan dengan bahasa yang sangat jelas: "Kami marah!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline