[caption id="attachment_85435" align="alignleft" width="296" caption="unduh google"][/caption] Sepasang kekasih, berdua, hanya berdua di udara. Berdua bersama melakukan, merasakan, dan menikmat sebuah “tarian” cinta terdahsyat sepanjang masa sambil mata terpejam. Wow, indahnya! Bersama angin yang membelai dua insan terikat ikrar cinta menembus angkasa. Gerak cinta meliuk-liuk, mendesah dan kala rekah cinta mengeluarkan “sinarnya” sang kekasih pun menembus langit. Tinggallah Romi sendiri di bukit sambil memeluk pakaian, menunggu dan dengan syair yang tersisa menyanyikan puisi permohonan. “Kekasih, kembalilah….” Sepi malam sudah mulai terasa. Tidak ada lalu lalang kaki melangkah. Angin pun berhembus pelan. Daun-daun sesekali melambai. Mungkin semua sudah ke peraduan. Mungkin semua sudah tak peduli lagi dengan malam. Atau sebaliknya, malam lah yang membuat semua menjadi hening. Tapi tidak dengan dua insan yang sedang berada di gubuk dekat sungai mengalir. Di taman yang luas dan di antara pepohonan yang berbatas bukit Romi dan Riska terintip sang mata dewa sedang memadu kasih. Kini mereka melangkahkan kaki. Tampaknya menuju bukit. Sambil bernyanyi keduanya pun mendaki bukit. Romi: Malam ini indah sekali Bulan pun ikut bernyanyi Ku kecup keningmu kasih Sebagai tanda cintaku kasih Riska: Malam ini indah sekali Dua hati saling mencintai Ku ingin kau peluk diri ini Agar tiada risau dihati Romi dan Riska: Kita adalah insan ilahi Marilah selalu memuji Syukuri cinta yang ada Pujilah dia yang Kuasa Nyanyian itu mengiringi langkah mereka ke lekuk bukit. Dan setiap kali terlindungi dari curi pandang rembulan suara mereka menghilang. Hanya ada desah dan desah. Juga di enam puncak bukit lainnya. Hanya desah dan desah. Ada yang tersentuh dan ada pula yang menyentuh. Merapat sambil mendesak. Mendesak sambil mendesah. Rapat dan merapat. Meliuk di antara rumput basah. Tersingkap dan terlepas. Dan tiada lagi penghalang kala tiba di puncak bukit. Tarian pun menghangat. Syair suara berganti dengan syair bibir yang beradu. Gerak tubuh merapat membuat energi cinta meringankan tubuh. Dan keduanya pun terangkat ke udara. Bercinta di udara. Menyentuh awan. Menggapai bintang. Meleburkan keduanya dalam sebuah tarian yang teramat dahsyat. Menyatukan segala yang ada di dalam diri ke dalam setiap basah yang menetes. Saling meraih dan saling merengkuh. Saling merasakan. Meresapi semua aliran rasa lewat segala gaya dan posisi terindah yang belum pernah ada. Bahkan dalam buku bercinta kamasutra sekalipun! Dahsyat! Dan kala keduanya tiba di puncak asmara tiba-tiba tubuh Riska tertarik ke langit bersamaan desahan yang panjang. Hilang menembus awan. Sayangnya, Romi justru terjatuh ke bukit. Dan dengan sedih hanya bisa memeluk pakaian Riska. Sendiri menunggu dan menunggu. Gundah menggoda. Resah menanti. Bertanya dalam hati, akankah kekasih kembali? Romi: Duhai, mengapa rindu menyentak dada Mengapa syairku tiada berguna Kala engkau tiada disini Datanglah duhai kekasih Jangan biarkan daku sendiri Aku tiada sanggup begini Tanpa engkau ada disini Pagi hampir tiba. Dan diantara ketiadaan dan kehilangan rasa sesosok cinta yang dinanti pun tiba. Dan dengan sebuah kecupan menuangkan anggur langit berisi berita cinta asmara yang tadi tertunda. Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh dan semua yang tertunda terlepas menjadi mimpi basah. Saleum Cinta Risman A Rachman Edisi lebih lengkap (foto dan tulisan) klik disini NB: Mimpi basah adalah mekanisme tubuh (jiwa - raga) atas response dari berbagai kehendak manusiawi yang berlangsung kala tidur, dan menurut agama wajib mandi jika mimpi basah. Sebelum tidur sebaiknya membaca doa agar terhindar dari godaan malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H