Lihat ke Halaman Asli

Satu Kekhilafan Gus Dur (?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Andai Gus Dur masih ada mungkin ia akan bersegera meralat apa yang dulu pernah dinyatakannya. Sebagai sosok yang berani mungkin ia akan berucap: "Maafkan saya. Dulu saya emosional dan karena itu khilaf mengatakan bangsa ini penakut." Seorang aktivis 98 mengenang sosok yang pernah dianggapnya guru walau ia sempat beberapa kali dimarahi. Dan, melanjutkan lagi lamunannya. "Gus benar adanya. Bangsa ini ternyata memang pemberani. Lihat saja, setiap ada gerakan yang mencoba mengkutak atik NKRI langsung mendapat reaksi keras dan tegas. Begitu tingginya harga diri sehingga tanpa perlu melihat lagi substansi langsung di serbu dengan segenap argumentasi, rasa kebangsaan, dan kecintaan yang tinggi terhadap eksistensi Ibu Pertiwi memanggil mereka untuk bertindak, langsung pada titik pertama pikiran dan tindakan." Gus Dur yang mendengar hanya menundukkan wajahnya sambil jemari tangannya mengetuk-ngetuk kursi rodanya. Merasa mendapat respons sang aktivis yang kini juga dikenal di dunia perpolitikan tanah air melanjutkan lamunan apresiasinya dan membayangkan Gus Dur berkenan memujinya, atau minimal mengangguk sebagai isyarat kalau ia telah menganalisis dengan tepat. "Begitu pula dalam bidang keagamaan Gus. Semua pihak berhasil melihat Gus sebagai Bapak Pluralisme. Lihat, semua tokoh agama, tokoh budaya, tokoh masyarakat datang untuk mendoakan Gus. Ini modal kultural yang kuat bagi bangsa ini menjemput masa depan menuju Indonesia Jaya." Gus Dur masih tetap menunduk dan jemarinya semakin bergerak kencang mengetuk-ngetuk kursi rodanya. "Ini waktu yang tepat untuk mengajak Gus Dur kembali ke Kick Andy agar satu-satunya kekhilafan Gus Dur dapat diselesaikan dengan permintaan maaf secara live di televisi. Gus Dur memang perlu mencabut pernyataannya dulu yang mengatakan: "bangsa ini penakut ! Karena tidak berani dan tidak mau bertindak pada kepada yang bersalah." "Hoooy... melamun dan menggigau Gus Dur siang bolong. Pernyataan Gus Dur tidak mungkin dicabut. Gus Dur sudah tiada. Ayo kita ke kantor partai untuk mengklarifikasi soal wasiat Gus Dur. Ingat ya, bangsa dan rakyat ini memang pemberani. Gus Dur aja berani diturunkan oleh rakyat yang di senanyan. Yang penakut itu penguasa....." "Sssstttt... itu makar. Jangan katakan. Nanti kamu di protes dan bisa ditangkap, tahu." "Tu kan kamu belum apa-apa sudah kasih reaksi keras, padahal belum usai lagi kalimat saya. Maksud saya, penguasa negeri ini penakut karena tidak berani mensejahterakan rakyatnya lebih cepat lagi. " "Ha ha ha ha itu saya setuju. Tapi tetap tidak periode ini ya. Tunggu saya menang Pilpres dulu." Grrrrrrrrrrr Catatan: MAKAR adalah singkatan dari “Mate Katawa Ala Risman.” Berisi artikel humor dengan latar keacehan yang bisa berupa gambaran suasana suatu peristiwa sebenarnya, dan atau sebatas imajinasi yang mengandung pesan, yang kalau tidak tepat cukup dianggap humor belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline