Lihat ke Halaman Asli

Belok Kiri, Jalan Terus

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_39506" align="alignleft" width="300" caption="Belok Kiri, Jalan Terus (foto: google)"][/caption] Libur Tahun Baru Hijriyah 1431 H, 18 Desember 2009. Aku putuskan untuk jalan-jalan menelusuri  kota. Tak punya tujuan, murni jalan-jalan saja. Karena jalanan pagi agak lenggang jadi aku bisa merasakan artinya sebuah perjalanan. Biasanya, keramaian udah buat kepala sewot. Daripada kesenggol atau disenggol kenderaan lain kan lebih baik ngak nyantai. Nyantai tapi ujungnya bukan ketempat tujuan, tapi ruang unit gawat darurat, kan ngak lucu. Tit.. tiikk... klakson mobil aku bunyikan, padahal tidak ada orang lewat. Kebiasaan hari-hari biasa aja he he. Tiba-tiba jadi teringat kawan, di luar sana. Maksudku luar negeri. Katanya, klakson itu bukan untuk manusia tapi untuk binatang atau hewan. Pastilah aku kaget dengar penjelasannya. Tapi ia bisa menyakinkanku. Katanya, yang untuk manusia ya rambu-rambu lalu lintas. Nah, klakson itu ya untuk makhluk yang ngak bisa baca rambu-rambu lalu lintas. Di depan, tak beberapa jauh aku akan segera bertemu dengan lampu merah. Karena memang tidak punya tujuan kemana aku sedikit berpikir mau lurus atau belok kiri. Pilihanku lurus, dan itu artinya aku wajib berhenti karena sudah hidup lampu merah. Karena lagi nyantai jadi sempat mikir, dan pikiran yang muncul adalah memang ada dua pilihan jalan bagi manusia. Jalan lurus atau jalan kiri-kanan. Bagi yang memilih jalan lurus maka mau tidak mau harus ada yang mau berhenti sejenak untuk menghormati mereka yang juga mengambil jalan lurus. Maksudku, jangan asal jalan aja, apalagi anggap orang lain ngak ada. Jadi ya mesti ada aturan jika tidak cukup saling pengertian dan saling menghormati. Kalau tidak ya resikonya pasti ketabrak dan kecelakaan bagi kedua atau semua penganut jalan lurus. Sebaliknya, mereka yang ngambil jalan beda (kiri-kanan) silahkan jalan terus. Mungkin, karena memang dikit penganutnya. Tiitt....ttiiiikk..... Duh, aku melamun dan di tiiiittt pula dari belakang. Duhhhh, aku kog jadi.....(Ah, ngak lah. Aku masih tetap manusia kog). Tulisan ini aku tulis ketika udah dirumah setelah melakukan perjalanan keliling kota Banda Aceh, Pagi, 18 Desember 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline