Lihat ke Halaman Asli

"Saya Ingin Membantu Sesama Tapi..."

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_105219" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi: Google"][/caption] "Terus terang ya. Saya ikut prihatin dengan keadaan anak negeri. Dan, saya ingin sekali ikut membantu. Tapi, gimana ya. Apa yang bisa saya bantu? Apa bantuan saya berguna? Dan, apa bantuan saya digunakan sebagaimana mestinya?" Itu dialog lama memang. Tapi rasanya masih cukup relevan untuk dicermati, dan sekaligus dijadikan bahan refleksi bagi semua gerakan yang bergerak dalam bidang bantu membantu. Pertama, dialog itu mencerminkan adanya kesadaran banyak orang atas nasib negeri sekaligus anak negeri. Terlalu panjang untuk kembali menyajikan fakta-fakta empiris. Suka atau tidak suka faktanya memang negeri yang amat kita cintai ini sedang berada di jalur keprihatinan. Kalau negerinya saja sudah prihatin pasti ada banyak anak negerinya yang juga prihatin hidupnya. Begitu prihatinnya sehingga semua bentuk ungkapan bisa dipakai untuk menjelaskan keprihatinan ini. Karena itu tidak heran manakala wujud keprihatinan bisa disampaikan dalam semua bentuknya, mulai dari yang ekstrim, radikal, moderat, kritis, hingga dalam nada yang lembut. Kedua, dialog lama itu juga mencerminkan masih tetap banyak anak negeri yang peduli dengan keadaan negeri, sekaligus keadaan hidup sebahagian besar anak negeri. Banyak ragam faktor pendorong yang membuat mengapa ada banyak orang yang masih mau sekedar prihatin, mau ikut membantu baik secara terbuka atau tertutup, baik secara kecil atau besar, sedikit atau banyak, langsung atau melalui perantara. Bahkan ada banyak orang yang mau ambil bagian dalam aksi-aksi nyata yang ditujukan untuk membantu mereka yang memang harus dan perlu dibantu. Itu semua tentu belum menggambarkan keadaan yang lengkap.  Ada banyak orang juga yang punya niat mau membantu, ingin membantu, dan ikut membantu tapi terkendala oleh berbagai hal. Masih ada yang tidak tahu apa makna pentingnya membantu sesama. Masih ada yang tidak paham siapa yang harus dibantu. Dan, masih ada dan semakin banyak orang yang tidak jadi membantu karena krisis kepercayaan baik kepada yang dibantu ataupun kepada mereka yang bertugas membantu. Bahkan ada yang tidak mau membantu karena punya pandangan bahwa keadaan negeri dan anak negeri adalah tanggungjawab penyelenggara negara. Negaralah yang harus ditata ulang atau penyelenggara negaralah yang harus diganti, didesak mundur, dan bila perlu dipaksa. Jika tidak bisa secara demokrasi atau reformasi atau restorasi ya dengan revolusi. Tidak hanya itu saja. Ada juga yang melihat ini sudah takdir atau nasib negeri ini. Hanya ada satu caranya agar keadaan negeri pulih dan sehat kembali yakni semua kita bertaubat dan jika tidak ada lagi yang berbuat dosa barulah Tuhan akan mengubah nasib negeri. Semua pendapat tentu punya argumentasinya. Tapi semua pendapat yang ada tidak boleh sampai menunda mereka yang mau melakukan sesuatu secara bersama hanya karena menunggu kesepakatan pada argumentasi. Dan mereka yang ingin segera melakukan sesuatu yang baik tidak boleh tertunda pula karena alasan menunggu argumentasi yang ada pada banyak orang. Sampai disini apa sudah tidak ada kendala? Pasti ada bagi mereka yang mementingkan argumentasi. Tapi ada banyak juga yang mau melakukan terus sambil memperkuat argumentasi. Dan, bahkan ada yang mau melakukan terus karena ditopang oleh keyakinan bahwa niat baik akan membawa kebajikan. Tapi ditingkat argumentasi akan tetap ada apa yang disebut "lingkaran tidak berujung" alias diskusi terus. Dan bahkan ada yang menyebutnya "Tong Kosong nyaring bunyinya." Bahkan sudah disebut begini tetap saja akan ada argumen "Itulah sebabnya mengapa negeri ini tidak maju-maju. Ya itu, mereka tidak mau mendengar argumentasi kita dulu." Sebaliknya, akan tetap ada yang mengatakan "Banyak kali diskusi, uang yang seharusnya bisa dipakai untuk membantu sudah lebih banyak terpakai untuk pertemuan diskusi." Jadi, bagi mereka yang memilih untuk tidak menunda lagi aksi nyata kuncinya gampang saja. Terbukalah atau jujurlah atau dalam istilah keren sekarang "Jangan ada dusta diantara kita." Jadi antara mereka yang ingin membantu, mereka yang ingin diajak untuk ikut membantu baik secara langsung atau tidak langsung dan mereka yang mau dibantu harus terbuka. Buka semuanya dari mulai niatnya, rencananya, bentuk kegiatannya, lokasinya, pihak atau orang yang mau dibantu, jumlah dukungan yang dibutuhkan, serta perkembangan perjalanan bantuan dari waktu ke waktu. Bantu mereka yang ingin membantu dengan memudahkan cara mereka untuk bisa membantu. Jangan sebaliknya, membebani mereka yang mau membantu. Buka pikiran dan hati mereka yang potensial membantu tapi belum tahu, belum mau, dan tidak tahu cara terbaik dan mudah untuk membantu dengan cara-cara yang baik dan menyakinkan. Jika mereka sudah percaya maka "keran" bantuan akan terus mengalir sejauh mereka tahu "air bantuan" yang mereka berikan diketahui bermanfaat bagi "menyuburkan" tunas-tunas bangsa yang selama ini dilanda musim kering dan lainnya. Dan, bagi mereka yang sudah tidak sabar ingin membantu segera difasilitasi agar semangat untuk terus ingin membantu tetap tumbuh dan tumbuh. Dan, bagi mereka yang bertanya, menggugat, dan mempersoalkan kegiatan bantaun difasilitasi dengan keterbukaan dan mekanisme mereka yang mengurusi bantuan. Apa yang disebut dengan fungsi manajemen dihidupkan, termasuk soal audit bantuan. Jadi tidak boleh ada yang ditutup-tutupi, disembunyikan apalagi diselewengkan. Kalau semuanya sudah terbuka maka bersiaplah meraih dukungan mereka yang mau ikut terlibat dalam aksi, mereka yang mau sekedar membantu mulai dari yang sedikit hingga yang banyak, dan mereka yang mau dibantu baik dalam memfasilitasi agar bisa ikut serta membantu maupun mereka yang memang layak untuk dibantu. Sungguh, membantu itu jalan cepat meraih kebahagiaan dan kemajuan. Artikel ini dimuat juga di Blog STC




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline