Lumbung informasi rakyat (LIRA) memberikan Pedang Keadilan Award kepada sejumlah orang yang dianggap berperan penting bagi penegakan keadilan dan hak perempuan dan anak. Dua di antara penerima adalah Prita Mulyasari dan Manohara Odelia Pinot. Demikian Kompas.com mewartakan hari ini, Minggu, 20 Desember 2009 | 13:08 WIB dengan judul Prita dan Manohara dapat Penghargaan Pedang Keadilan. Sebelum habis membaca berita di rubrik nasional itu, hati saya langsung tergerak mengucap "alhamdulillah karena pedang keadilan itu sudah berada di tangan penegaknya, perempuan." Pada saat yang sama dikepala saya tergambar simbol keadilan berupa perempuan yang matanya tertutup sambil memegang timbangan dan juga pedang bermata dua dalam posisi siap untuk menegakkan keadilan. Tapi sejak mata “Lady Justice” ditambah dengan penutup mata untuk melambangkan objektifitas pada abad 15 sudah berapa majukah usaha penegakan keadilan di dunia ini, khususnya di Bumi Persada Tanah Air, Indonesia? Akankan keadilan kembali menjadi kisah abadi sebagai bagian pelengkap kisah mitologi sang dewi keadilan itu? Akankah simbol timbangan hanya akan menjadi simbol bagi keadilan di hari akhir? Saya berharap tidak dan sangat berharap keadilan ada dan tegak disini, di bumi ini sejak saat ini hingga nanti dan itu menjadi sangat mungkin karena di tangan perempuan deyut nadi sang Pedang Keadilan itu mulai terasa lagi kehidupannya. Setidaknya, ketika ketidakadilan demi ketidakadilan yang menimpa rakyat khususnya saudara perempuan seperti Prita, Minah, Manohara, dan lainnya, suara lengkingan sang pedang yang sudah lama dikubur oleh manusia jahat kembali terdengar dan getarannya menyentuh relung hati semua orang. Gerakan rakyat dalam bentuk Koin untuk Prita dan gerakan facebook untuk perempuan-perempuan lainnya yang mengalami ketidakadilan menjadi pertanda bahwa Pedang Keadilan itu mulai hidup kembali dan ia akan segera melakukan tugasnya, yang secara sosial-politik akan dimulai oleh saudara kita perempuan. Itu berarti, melalui Prita dan perempuan lainnya, Sang Themis akan kembali hidup dan tidak lagi hanya sekedar simbol yang diletakkan di meja atau dinding kantor hakim, jaksa, dan pengacara saja. Saudaraku, perempuan. Jalankan tugasmu tegakkan keadilan. Tuhan bersamamu. [caption id="attachment_40487" align="aligncenter" width="298" caption="Prita Mulyasari, Penerima Pedang Keadilan (Foto: Kompas.com/DHONI SETIAWAN)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H