Rakyat Indonesia tidak boleh terjebak dalam tafsir sesat yang memaksa melihat Pilpres 2014 ke dalam sisi buruk perang badar atau perang baratayuda.
Pilpres 2014 bukan Sirah Kenabian, juga bukan kisah Mahabarata. Tidak ada sosok Sang Nabi dan khalifah yang lima (Abubakar, Umar, Usman, Ali dan Umar Abdul Aziz). Juga tidak ada sosok Batara Guru dan Pandawa Lima (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa) dalam Pilpres 2014.
Pilpres 2014 bebas dari perang pemilih muslim dengan non muslim. Juga bebas dari perang orang baik melawan orang jahat. Muslim atau non muslim, orang baik atau orang belum baik adalah anak-anak Indonesia Raya.
Pilpres 2014 sepenuhnya wadah demokrasi bagi seluruh putra-putri Indonesia untuk memilih presiden dan wakil presiden Republik Indonesia untuk periode 2014-2019.
Tidak mengapa bila sekedar mengambil spirit ketulusan dibalik kisah perang badar karena menjadi kandidat, tim sukses dan pemilih yang tulus itu ciri dari pemilu yang cerdas.
Tidak mengapa juga sekedar mengambil semangat kebaikan di dalam perang baratayuda karena kebaikan kandidat, tim sukses, dan.pemilih juga wujud pemilu yang berintegritas.
Bila ketulusan dan kebaikan dijadikan spirit bersama dan dilekatkan sepenuhnya pada Pilpres 2014 maka itu sangat berguna bagi usaha kita semua untuk mewujudkan Indonesia bangkit atau Indonesia hebat.
Pilpres 2014 bukan sirah nabi juga bukan kisah mahabarata. Pilpres 2014 sepenuhnya kisah demokrasi lima tahunan anak bangsa Indonesia. Pasti akan ada yang menang. Pasti juga akan ada yang kalah.
Sebagai sesama bangsa apapun hasil Pilpres 2014 rakyat Indonesia dan negara Indonesia tidak boleh kalah. Tapi apapun.yang terjadi, Indonesia Raya adalah rumah besar bersama segenap rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H