Lihat ke Halaman Asli

Jangan Telanjangi Calon Presiden Kita

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Apa dasar kita memilih capres di Pilpres 2014? 
Pasti jawabannya beragam. Mulai dari sekedar suka sampai dengan alasan rekam jejak. Apapun alasan itu pasti ada plus minusnya. 
Prabowo atau Jokowi bukan manusia malaikat atau nabi, yang terbebas dari segenap kesalahan. Keduanya adalah asli Indonesia. 
Prabowo atau Jokowi adalah kita. Jika kita saja pernah salah, apalagi kedua capres kita ini. Keduanya pernah bersentuhan dengan rakyat. Pasti ada yang senang, pasti ada juga yang tidak senang. Sangat manusiawi. 
Bangsa kita juga bangsa yang terus bergerak untuk mereformasi dirinya agar bisa makin baik. Dalam situasi ini sudah pasti ada banyak kisah ketidaksempurnaan diperjalanan proses berbenah diri. Tapi, bukan bermakna tidak ada sama sekali kisah sukses yang berhasil diraih oleh pemimpin sebelumnya. 
Andai bisa, tentu kita mau agar terjadi perubahan yang ajaib, tanpa cela, dan tanpa salah, seadil-adilnya, sebenar-benarnya, sebaik-baiknya. Niat itu pasti ada. Tapi faktanya, mau tidak mau, beginilah fakta yang kita jalani. 
Inilah Indonesia kita. Indonesia cuma satu. Tidak ada Indonesia dibelahan bumi atau planet lain. Indonesia ya Indonesia. Inilah rumah besar dan.rumah bersama kita. Suka atau tidak suka kita harus tinggal di satu rumah yang sama, rumah Indonesia. 
Tentu semua harus punya tekad yang sama, terus memperbaiki segala yang belum baik agar menjadi baik, dan mempertahankan yang sudah baik dengan cara merawatnya. 
Capres kita yang cuma ada dua juga dimaksudkan untuk bisa memperbaiki rumah Indonesia. Suka atau tidak suka salah satunya akan menjadi presiden kita yang akan kita tentukan pada hari pencoblosan. 
Demokrasi memang mensyaratkan kebebasan. Tapi, jika kebebasan itu tidak kita pergunakan secara beretika atau bertanggungjawab maka yang malu nantinya adalah kita sendiri karena memiliki presiden yang sudah sedemikian rupa aibnya kita dedahkan di panggung dunia. 
Malu sekalikan bila negara tetangga menggunakan data/info dari kita yang kita sebarkan selama masa kampanye 2014 justru untuk mempermalukan presiden kita. 
Bukankah itu bisa menghilangkan wibawa kita sebagai bangsa. Padahal, baik Prabowo atau Jokowi salah satu visinya adalah untuk membuat Indonesia kembali berdaulat. 
Mari kita fokus dan berlomba-lomba untuk mempromosikan kebaikan para capres sehingga jagad informasi yang sudah bisa diakses oleh seluruh dunia juga dipenuhi oleh informasi kebajikan. 
Apakah itu bermakna sisi buruk capres kita harus kita buang sebagai bahan pertimbangan di dalam memilih? Tentu saja tidak. Menjadi bahan pertimbangan harus, tapi menjadi bahan untuk membuka aurat capres yang bakal menjadi presiden kita di hadapan dunia mungkin perlu kita pertimbangkan. 
Ingat kisah Pandawa Lima di meja judi yang berujung penelanjangan Drupadi? Rasa malu yang sangat inilah yang akhirnya mempercepat perang baratayuda. 
Pilpres 2014 bukan ajang perang saudara yang mengharuskan kita berperang demi kekuasaan. Kita boleh berbeda tapi kita bukan musuh. Berhadapan dengan musuh saja ada etikanya apalagi bila sekedar berkompetisi dalam pilihan raya. 
Mari kita buktikan bahwa kita adalah warga negara Indonesia yang ramah, santun, cinta sesama, senang tolong menolong, dan bangsa yang berketuhanan yang maha esa. Pasti bisa!
Kalau benar kita dukung Prabowo yang ingin melakukan revolusi putih dan jika benar kita setuju dengan revolusi mental maka mari kita suguhkan "susu" kebajikan agar usaha untuk memperbaiki akhlak kita dalam membangun negara dimudahkan Allah. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline