Lihat ke Halaman Asli

Risma Citra Sabila

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang Prodi S1 Farmasi

Cacar Monyet: Ancaman Baru Mirip COVID-19?

Diperbarui: 20 Desember 2024   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kasus mpox atau cacar moyet kembali muncul di Indonesia setelah pada awal tahun 2024 dikonfirmasi seorang perempuan di DKI Jakarta positif mengidap penyakit tersebut. Penyakit cacar monyet sendiri bukan merupakan penyakit baru di Indonesia, karena penyakit ini sudah muncul sejak tahun 2022 setelah pandemi COVID-19.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga Juni 2024 telah dilaporkan ada lebih dari 99.000 kasus cacar monyet yang terjadi di dunia dengan 208 kematian. Sedangkan di Indonesia sendiri, sudah ada 88 kasus cacar monyet yang telah dikonfirmasi.

Hal ini lantas memicu pertanyaan mengenai, apakah penyakit mpox atau cacar monyet ini akan menjadi COVID-19 model baru setelah melihat semakin tingginya kasus yang terjadi?

Mpox atau cacar monyet merupakan penyakit menular yang ditularkan dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1970, tetapi kurang mendapat perhatian dunia. Hingga pada tahun 2022, terjadi lonjakan kasus secara internasional dan mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengumumkan keadaan kesehatan global terkait penyakit mpox atau cacar monyet ini.

Gejala awal yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah deman, nyeri kepala, nyeri otot, kedinginan, mudah lelah, dan timbul ruam yang terasa menyakitkan. Apabila seseorang dengan gejala tersebut tidak segera ditangani maka dapat mempercepat mutasi virus sehingga bisa memperparah keadaan dan dapat memperbesar risiko penularan.

Berbeda dengan COVID-19 yang penularannya sangat cepat dan luas, penularan cacar monyet tidak separah itu karena cacar monyet ditularkan pada orang lain jika orang tersebut melakukan kontak secara langsung atau dalam jangka waktu yang cukup lama dengan penderita. Maka dari itu, jangkauan penularan cacar monyet tidak seluas COVID-19.

Selain itu, penyakit mpox atau cacar monyet ini merupakan penyakit yang sudah ada sejak lama dan sudah pernah ditemukan vaksin untuk mengendalikannya. Sehingga, para ilmuwan memiliki lebih banyak data mengenai penyakit ini jika dibandingankan dengan COVID-19 yang merupakan wabah baru yang belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, penyakit cacar monyet lebih dapat dikendalikan daripada COVID-19.

Hingga saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan belum ada terapi spesifik untuk mengatasai penyakit cacar monyet. Saat ini, pasien yang positif terkena penyakit cacar monyet diberi terapi simtomatik dan suportif untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, dan meminimalkan gejala sisa. Namun, untuk pasien dengan kondisi parah akan diberi obat antivirus.

Penyakit cacar monyet sendiri dapat diatasi sedini mungkin dengan melakukan langkah pencegahan. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan gaya hidup bersih dan sehat, mencuci tangan setelah pulang dari bepergian, menghindari kontak dengan penderita, sedia masker dan antiseptik, serta hindari bepergian ke tempat berpotensi tinggi terkena cacar monyet. Selain itu, kurangi kepanikan dan pemikiran negatif mengenai penyakit cacar monyet.

Dengan demikian, berdasarkan data yang ada dapat dikatakan bahwa mpox atau cacar monyet bukan merupakan penyakit yang dapat menjadi COVID-19 model baru. Penyakit mpox atau cacar monyet ini hanyalah penyakit bergejala ringan dengan tingkat kematian yang cukup rendah serta penularannya tidak terlalu cepat sehingga hal ini membuat penyakit ini berbeda dengan COVID-19.

Meskipun tetap ada kesamaan dalam beberapa hal, tetapi secara keseluruhan penyakit ini tidak separah dan seberbahaya COVID-19. Namun perlu dijadikan perhatian bahwa hal ini tidak menjadikan penyakit cacar monyet menjadi penyakit yang dapat dianggap sepele, karena tetap dibutuhkan kewaspadaan dan perhatian khusus guna menekan penyebaran dan memperkecil risiko yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline