Dan ini bukan pertama kalinya. Pada awal musim kemarau, kira-kira 15 tahun setelah ibunya meninggal. Ia mendatangi makam ibunya untuk berziarah. Sesaat sebelum ia melewati gerbang makam, ia merasa ada yang sedang mengawasinya dari belakang. Namun, tak ada siapa-siapa. Ia memeriksa keadaan sekitar, masih sama, sunyi-senyap. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya. Tak terkira, di sebelah timur, langit sedang pesta warna, seperti pelangi yang menembus awan, melengkung ke tempat yang lebih tinggi.
"Itu Mamah, aku melihatnya," lalu ia tersenyum.
Seseorang yang meninggalkannya memberi isyarat bahwa ia menjalani kehidupan setelah kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H