Lihat ke Halaman Asli

Peran Psikologi untuk Kesiapan Anak dalam Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka

Diperbarui: 9 Juli 2021   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Setahun berlalu, pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum juga usai. Dikutip dari covid19.go.id pada 12 Juni 2021 data sebaran Covid-19 di Indonesia masih tergolong tinggi dengan jumlah kasus positif 1.901.490, kasus sembuh 1.740.436, dan kasus meninggal 52.730. Namun, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI mengatakan bahwa sejak Januari lalu pemerintah daerah/kanwil/kantor Kemenag sudah diberikan kewenangan penuh dalam menentukan pemberian izin pembelajaran tatap muka, baik secara serentak ataupun bertahap per wilayah kecamatan dan/atau desa/kelurahan. 

Pemberian izin ini dilanjutkan dengan izin berjenjang dari satuan pendidikan dan orang tua, yaitu pemerintah daerah/kanwil/kantor Kemenag, kepala sekolah, dan perwakilan orang tua melalui komite sekolah. Jika ketiga pihak tersebut telah menyetujui pembelajaran tatap muka, maka kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan tetap menaati protokol kesehatan yang ketat.

Menindaklanjuti pernyataan tersebut, pada Juni 2021 Nadiem Makarim mengatakan bahwa mulai Juli 2021 sekolah sudah harus mengadakan sistem pembelajaran hybrid mode antara tatap muka dan pembelajaran jarak jauh dengan presentase kapasitas maksimal pembelajaran tatap muka 50%. Dalam hal ini pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mengawasi proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran tatap muka. Sekolah juga wajib memenuhi checklist dan menetapkan protokol kesehatan yang ketat dalam memulai pembelajaran tatap muka. Jika dalam kegiatan pembelajaran tatap muka berlangsung ditemukan adanya kasus baru, maka pihak sekolah harus segera memberikan penanganan dan memberhentikan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka.

Pelaksanaan sekolah secara daring selama kurang lebih satu tahun ini tentunya membawa perubahan pada kebiasaan anak dan orang tua, serta memberikan dampak psikologis pada anak. 

Perubahan kebiasaan tersebut diantaranya, ketika pembelajaran daring anak dituntut untuk lebih sering memantau handphone dan tugas yang diberikan sehingga akan mengurangi waktu bermain dan istirahatnya, anak juga menjadi cenderung kurang mandiri dan tidak percaya diri karena lebih sering dibantu oleh orang tua dalam mengerjakan tugas, selain itu pengawasan dari orang tua yang cenderung lebih keras dibandingkan guru di sekolah membuat anak merasa terkekang. 

Selain perubahan kebiasaan, pembelajaran daring juga memberikan dampak psikologis pada anak, diantaranya kekebalan tubuh anak melemah, kegiatan belajar menjadi kurang efektif, dan berkurangnya intensitas anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga anak mengalami kesulitan dalam membangun interaksi dan hubungan dengan orang lain pada saat sekolah kembali dibuka secara luring nantinya. 

Pada saat sekolah kembali dibuka secara luring anak akan dituntut untuk melakukan segala sesuatunya secara sendiri tanpa bantuan orang lain, tentunya dalam hal ini anak membutuhkan penyesuaian agar dapat menjadi pribadi yang mandiri. 

Perubahan kebiasaan-kebiasaan yang sudah tertanam pada anak membuat anak sulit kembali melakukan aktivitas-aktivitas secara luring dimana anak kembali dibatasi dengan penggunaan handphone, sekolah kembali dipatok dengan jam tertentu, dan harus lebih disiplin dibandingkan dengan pembelajaran secara daring sehingga diperlukan kesiapan psikologis anak, baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi sekolah luring di era new normal

Bagaimana peranan psikologi untuk kesiapan anak dalam pembelajaran tatap muka?

Psikologi adalah ilmu yang di dalamnya berusaha untuk memahami manusia secara utuh (Alwisol, 2019). Psikologi yang di dalamnya membahas terkait perkembangan fisik, kognisi, dan bahkan psikososial manusia ini menjadikan perannya semakin penting dalam berbagai hal. Dalam perkembangan kognitif, pemahaman mental anak akan semakin berkembang. Dimana perkembangan mental anak adalah proses yang mengidentifikasikan perilaku kehidupan sosial pikologi manusia pada letak yang seimbang dalam lingkungan yang lebih kompleks.

Menanggapi keputusan dan pernyataan tersebut, maka sudah selayaknya kita mempersiapkan diri dan memberikan dukungan bagi anak dalam menghadapi pembelajaran tatap muka nantinya. Beberapa peranan psikologis yang bisa dilakukan diantaranya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline