Lihat ke Halaman Asli

Risky Fajriyatuzzahro

Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tiga Unsur Epistemologi Paradigma Integrasi-Interkoneksi

Diperbarui: 14 Juni 2024   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam tidak lepas dari hubungan antara ilmu sains dan juga ilmu sosial dan humaniora. Dalam hubungan islam dan ilmu sosial humaniora melibatkan pemikiran integrasi, interkoneksi, holistik dan tidak ada pemisahan yang dapat menyebabkan keruntuhan.

Pada saat ini bidang keilmuan terus mengalami perkembangan seperti halnya paradigma. Salah satu paradigma yang kita ketahui adalah paradigma integrasii-interkoneksi yang dicetuskan oleh cendikiawan muslim Prof.Dr.M.Amin Abdullah, professor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Paradigma integrasi-interkoneksi menekankan pentingnya hubungan antar berbagai ilmu pengetahuan, baik itu ilmu pengetahuan umum maupun agama, guna mencapai ppemahaman yang komprehensif. Pendekatan ini bersifat fleksibel karena melihat permasalahan dan berfikir secara menyeluruh serta mempertimbangkan aspek-aspek yang sangat penting lainnya.

Paradigma integrasi-interkneksi yang dicetuskan oleh prof. Amin Abdulllahmemiliki beberapa prinsip utama, seperti penolakan pemisahan ilmu agama dan ilmu umum secara kaku dikarenakan kedua ilmu tersebut sakibg terkait dan melengkapi. Paradigma ini juga menekankan pentingnya melihat keterkaitan antar ilmu pengetahuan. Selain itu juga melibatkan pencarian yang sintesis dari berbagai displin ilmu.

Paradigma integrasi-interkoneksi sudah diterapkan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang Pendidikan. Dalam bidang Pendidikan paradigm aini diterapkan untuk pengembangan kurikulum agar lebih mengarah pada pemahaman holistik dan ntegratif. Selain itu diiterapkan juga dalam bidang penelitian guna mendapatkan hasil penelitian yang interdisipliner.

Dalam paradigm aini juga dipengaruhi oleh pemikiran salah satu cendekiawan muslim, persoalan-persoalan dikotomi ilmu dapat diselesaiakn dengan beberapa epistemologi kontemporer arab yaitu, epistemologi bayani, epistemologi burhani dan epistemologi irfani.

Epistemologi bayani merupakan pemahaman atau pemikiran yang ditekankan pada nash al-qur'an dan hadist. Selain epistemologi bayani juga ada epistemology burhani yaitu pemahaman dan pemikiran yang didasarkan pada akal dan logika. Sedangkan epistemology irfani adalah pemahaman dan pemikiran yang didasarka oada pengalaman dan proses nalar semata.

Ruang lingkup ilmu sosial dan humaniora atau yang kerap kita singkat menjadi "isoshum" sangat banyak. Hal itu mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, manajemen, Sejarah dan masih banyak lagi. Pada hakikatnya seluruh ilmu iytu masih ada keterkaitannya satu sama lain yang juga tidak dapat berdiri sendiri.

Dalam penerapan paradigma ilmu manajemen menekankan pentingnya pemahaman aspek sosial,budaya dan perilaku manusia dalam pengelolaan organisasi. Dimana dia dipandang sebagai proses yang melibatkan interaksi antar manusia dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Yang Dimana dalam paradigm aini melibatkan perubahan pola piker dan pendekatan yang berbeda dari manajer.

Dalam epistemologi bayani paradigma ilmu manajemen dapat didasarkan oleh keadilan dalam penyelesaian konflik yang dijelaskan dalam surat An-Nisa:4 selain itu juga ada penjelasan tentang sikap Amanah dalam surah Al-Anfal:27.

Tidak hanya menurut epistemologi bayani saja, tetapi juga ada epistemologi irfani yang lebih bersifat spiritual dan intuitif. Dalam konteks manajemen prinsip etiks spiritusl dsn tasawuf digunakan untuk pengambilan Keputusan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline