Lihat ke Halaman Asli

Risky Arbangi Nopi

suka nulis cem macem

Handbody (Cerpen)

Diperbarui: 12 Desember 2020   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrator: Setya Widadi

Mengagumi seseorang boleh-boleh saja. Namun, jangan sampai keblabasan mengejar-ngejar untuk mendapatkannya. Kadang, yang dikejar malah gak sadar. Sadar gak, perihal mengangumi seseorang secara diam-diam itu capek banget.

            Tapatnya, sepuluh tahun menjadi teman dari sekolah dasar sampai sekarang kerja bareng. Sebagai pengagum rahasia dan teman sedari kecil. Dirinya melihat perkembangan dari masih busik yang belum tersentuh HandBody sampai klimis seperti sekarang. Dari tomboy sampai jadi feminim, dari yang sendiri sampai ada yang berani deketin. Perubahannya bisa dilihat sampai sekarang. Dirinya ingat, ketika ia mulai terlihat cantik, dan menarik perhatiannya sewaktu ia akan berkencan dengan pacarnya. Memang, sedikit ada rasa cemburu. Namun saat itu juga, mereka juga sama-sama sedang memiliki pasangan.

            Memasuki SMP yang sama, SMA yang sama, kuliah di tempat yang sama. Namun, bila sampai sekarang dirinya belum berani mengungkapkan isi hatinya, ya sama saja percuma. Jujur memang ada dua pilihan. Antara menerima atau menolak, dan bahkan pertemanan yang sudah dibangun selama bertahun-tahun, mungkin akan hancur dengan sebuah kejujuran.

            Gak mungkin, dua insan laki-laki dan perempuan berteman tapi tidak ada rasa. Untuk sebuah awal memang belum, namun seperti perhatian kecil yang tidak terasa malah bisa jadi tumbuh sebuah rasa. Itu yang sedang dihadapinya. Dirinya akan bertahan sampai kapan menyimpan rasanya? Memilih untuk mencintai orang lain, yang ada hanya mampu bertahan beberapa bulan. Dan yang paling lama hanya sekitar satu sampai dua setengah tahun. Begitu juga dengan dirinya.

            Berbagai waktu dan tahun tak pernah kehabisan obrolan. Kenyataanya, dirinya masih memiliki kesempatan untuk mengungkapkan cintanya. Namun bila sebuah kejujuran menimbulkan kekecewaan. Untuk kali ini, dirinya belum sanggup untuk menerima kenyataanya. Namun, jangan sampai menjadi pecundang yang hanya berdiam diri tanpa adanya keberanian.

***

"Kau tau Tam? Candra melamarku."

            "Hah, benarkah?" tanyaku.

            "Iya bener, dan gua seneng banget Tam" kedua pipinya memerah, bersama bibir yang ranum berwarna merah muda.

            Tama tau. Temannya memang sedang bahagia dengan kekasihnya yang baru saja dilamarnya. Andai saja ia tau, Tama yang membantu proses lamaran berjalan lancar. Dirinya membantu Candra dalam berbagai hal yang ia sukai. Mulai dari bunga kesuakaan, makanan kesuakaan, sampai tempat favoritnya.

***

            "Tam, bantuin gua dong." Candra yang kala itu menelponku tengah malam pukul sepuluh.

            "Bantuin apaan? Lu gak tau gua mau tidur."

            "Hehe, bentaran doang deh."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline