ACTNews, BELU -- Menunaikan ibadah kurban melalui Global Qurban memiliki maslahat yang luas. Di mana kurban didistribusikan hingga ke pelosok negeri dan sapa muslim minoritas, seperti ke Belu, NTT, yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Pada pelaksanaan kurban tahun 2021 lalu, Fernanda Fatimah, seorang mualaf di Dusun Aitaman, Desa Manleten, Belu, sangat bahagia menerima daging kurban dari para dermawan. Pasalnya, ekonomi Fatimah tergolong prasejahtera, sehingga sulit baginya membeli daging.
"Kami orang seperti ini (prasejahtera) makan daging, dapat uang dari mana, Pak? Paling kita makan jagung dan sayur-sayuran saja. Ya hanya kurban saja kami makan daging," ungkap Fatimah.
Selain di Desa Manleten, daging kurban di tahun 2021 lalu juga menyapa mualaf di Desa Sukabitetek (Leuntolu), Kecamatan Raimanuk, Belu. Desa ini merupakan tempat tinggal warga eks Timor Timur yang memilih menjadi WNI.
Salah seorang eks warga Timor Timur Muhammad Yazid mengatakan, dirinya jarang membeli daging karena harga yang mahal. Tetapi kehadiran daging kurban yang didistribusikan Global Qurban membuat Yazid selalu merasakan daging kurban tiga tahun terakhir.
"Kami bersyukur, Global Qurban-ACT selalu perhatikan kami mualaf dari Timor Timur, itu kami berterima kasih banyak. Kadang-kadang kita makan daging, ya kalau punya uang saja. Kalau daging di sini mahal, jadi makan daging setahun sekali lah begitu," ungkap Yazid.
Jarak Desa Manleten ke perbatasan Indonesia-Timor Leste 13 km melalui Jalan Trans Belu dan dapat ditempuh selama 24 menit menggunakan sepeda motor. Sementara Desa Sukabitetek ke perbatasan Indonesia-Timor Leste 27 km.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H