Tahukah Anda bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia ternyata menjadi negara yang kontribusi PDB sektor kemaritiman tergolong rendah dibandingkan negara lainnya yang rata-rata sudah di atas 30 persen ?
Menurut jurnalis kompas, BM Lukita Grahyarini, kontribusi PDB kemaritiman terhadap PDB nasional di tahun 2021 hanya 7,6 persen. Sedangkan, pertumbuhan kemaritiman 2,04 persen di bawah pertumbuhan ekonomi nasional 3,68 persen (Kompas,4/10/2023). Hal ini tentu sangat disayangkan, padahal kita memiliki kekayaan laut yang melimpah serta rasio laut yang luas dan garis pantai yang panjang. Jika melihat perbandingan dengan negara-negara dengan kekayaan laut yang lebih kecil, seperti Norwegia, Jepang, Islandia, Korea Selatan, Thailand dan Tiongkok, mereka memiliki kontribusi bidang kelautannya sudah di atas 30 persen PDB.
Bisnis perairan ini biasanya dikenal dengan sebutan blue economy. Blue economy adalah konsep ekonomi yang mencakup pengembangan dan pengelolaan sumber daya laut dan lingkungan pesisir laut yang memiliki potensi untuk dikembangkan ekonomi dan dikelola lingkungan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Macam- macam aspek bisnis perairan, seperti :
- Perikanan : bisnis ini dapat berupa impor ikan, udang dan seafood segar lainnya, bisnis kuliner, pengolahan makanan kaleng dengan kreasi bumbu Indonesia, serta pengolahan rumput laut.
- Kelautan : peluang bisnisnya berupa pelayaran dan perdagangan yaitu pelabuhan kargo, pelabuhan utama, yang mana kapal-kapal asing atau domestik bersandar sebentar dan bisa menerapkan biaya administrasi, jika beruntung disinggahi oleh kapal-kapal pesiar asing, ekstraksi mineral, reklamasi, dan penambangan pasir.
- Pariwisata : pemanfaatan pantai sebagai objek wisata, sky diving, penawaran pengalaman pembudidayaan penyu dan terumbu karang, surving, jet sky, kendaraan wisata dan lain-lain.
- Bioteknologi : peluang bisnisnya yaitu pengembangan teknologi dengan bahan baku yang berasal dari kelautan dan perikananan.
- Energi biru : sumber energi biru di laut yaitu endapan hidrokarbon di bawah dasar laut, gelombang air laut, pasang surut, arus, gradien termal, angin, dan biomassa. Karena permintaan energi global terus meningkat dan industri mencari alternatif untuk bahan bakar fosil tradisional, sumber energi terbarukan berbasis laut yang dapat dieksploitasi berpotensi melebihi semua kebutuhan energi global saat ini (Bappenas,2021).
- Inovasi : pengolahan produk perikanan dan kelautan dalam bentuk kerajinan tangan sebagai barang pakai dan cenderamata, serta inovasi kemasan saset dari rumput laut.
- Pendidikan : membuka pusat pelatihan, edukasi, dan penelitian tentang pengembangan, pemanfaatan sumber daya laut.
Banyaknya peluang bisnis yang telah disebutkan, membuka wawasan kita betapa banyaknya peluang dan kayanya Indonesia. Namun, peluang bisnis ini juga memiliki penghambatnya masing-masing. Faktor penghambat inilah yang menjadi alasan dari rendahnya kontribusi bidang kelautan pada PDB. Faktor-faktornya yaitu kurangnya investasi di bidang kemaritiman ini, terbatasnya kontribusi energi laut dan angin dalam penggunaan energi terbarukan dalam porsi gabungan di bawah 3 persen, masalah politik sehingga para investor kesulitan masuk , serta kurangnya infrastruktur yang memadai, fasilitas penelitian yang terbatas, sumber daya manusia yang rendah. Masalah-masalah ini saling terkoneksi satu sama lain.
Apabila faktor penghambat ini bisa teratasi dan sektor-sektor bisnis bisa dimaksimalkan secara berkelanjutan maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Penjelasannya yaitu dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru, masyarkat memiliki pendapatan sehingga daya beli masyarakat meningkat sehingga pendapatan per kapita di daerah tersebut juga meningkat. Kemudian, kemiskinan juga berkurang. Apabila banyaknya wisatawan asing yang berkunjung dapat menambah devisa negara yang dapat digunakan sebagai modal negara. Kemudian, terjadi pemerataan pembangunan di daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata karena mendapat sorotan sehingga dibangunnya sarana pendidikan, kesehatan, transportasi yang memadai. Dengan adanya sarana-sarana yang memadai dapat membangun sumber daya manusia yang unggul. Serta, sebagai bentuk partisipasi kontribusi Indonesia dalam mewujudkan perjanjian Paris 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H