Lihat ke Halaman Asli

Kisah Mahasiswa Asal Pacitan, Menjadi Petani Muda Sekaligus Pedagang di Sela Sela Waktu Kuliah

Diperbarui: 18 Maret 2024   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Dokumen Pribadi

Jae, begitulah sapaannya sehari hari. Pria yang berasal dari kota kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini selalu mengawali harinya dengan pergi ke ladang yang ia garap. Udara dingin pasti menusuk relung kulitnya, namun hal itu tak membuat pria berkebangsaan jawa ini patah semangat. Tidak mengutamakan gengsi, karena baginya bertani itu merupakan bekerja sekaligus beramal dimana secara tidak langsung ikut serta menjaga ketahanan pangan negara dan meneruskan keanekaragaman hayati. Setiap pagi dan sorenya dia selalu berangkat  menuju lahan untuk merawat kebun aneka sayuran seperti sawi, tomat, jagung, dan lain lain. Perlahan tapi pasti, lahan  yang ia garap dengan telaten itu membuahkan hasil yang bahkan dikatakan cukup bagus performanya apabila dibandingkan dengan petani petani pada umumnya. 

Jaelani mengawali karir pertaniannya di SMK Negeri Ngadirojo Pacitan. Kekhawatirannya akan minimnya minat generasi muda untuk menjadi petani membuat ia memutuskan untuk terjun pada dunia ini. Selama menempuh bangku SMK ia selalu aktif dalam kegiatan akademik dan tak jarang ia diminta untuk menjadi mentor adik adik kelasnya mengenai bagaimana praksis pertanian yang baik dan benar. Tak hanya dalam kegiatan akademik, ia juga aktif dalam organisasi seperti PMR, Pramuka Saka Wanabakti, dan OSIS. Atas kepiawaiannya, Sekolah tempat ia menimba ilmu merekomendasikan ia untuk melanjutkan pendidikannya ke Politeknik Pembangunan Pertanian. Sebuah perguruan tinggi dibawah naungan Kementrian Pertanian yang letaknya di Kabupaten Malang. Tak usah ditanya lagi, ia mengambil program studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan. Tentunya hal itu semakin membuat pria dengan nickname jay al-pacitan'i ini semakin bersemangat. Puncaknya adalah ketika dia dipercaya untuk mengolah lahan kosong yang ada di kampus tersebut. Awalnya memang susah karena dia harus membagi waktu dengan kuliah, namun secara perlahan semua dapat termanajemen dengan baik.

Tak hanya kegiatan pertanian, ia juga aktif membuat konten konten tentang pertanian maupun motivasi. Tujuannya satu, yakni memengaruhi generasi muda untuk sadar akan situasi pangan. Konten konten yang ia buat dikemas sedemikian rupa agar target audiens yang diharapkan tertarik, misalnya dengan kata kata motivasi, video edukasi pertanian, video cinematic pertanian, video jedag jedug, dan lain sebagainya. Karena seringnya membuat konten di akun instagramnya, maka tak khayal ia sering dipanggil sebagai "Tukang Konten" oleh teman temannya. Dilihat dari jumlah viewsnya, konten konten pertanian yang dibuat oleh jay ini terbukti mampu menarik banyak viewer, dan tak sedikit pula yang terbantu atas konten konten tersebut. Yang jelas, konten konten tersebut ia jadikan sebagai media branding diri dan mengenal masyarakat lebih luas. Untuk mengenal konten Jay lebih lengkap dapat disaksikan melalui kanal youtube Jay Al-Pacitan'i

Jerih payah ia mulai ketika memasuki perkuliahan semester 2. Waktu itu ia tidak mendapat kiriman uang, sehingga ia harus mencari pundi pundi rupiah untuk mengakomodasi kegiatan perkuliahan. Ia mulai dengan berdagang sayuran keliling, dimana ia bekerjasama dengan Tefa (Teaching Factory) kampus dan petani di sekitarnya kemudian disetorkan kepada pedagang yang di pasar. Terkadang juga sayuran tersebut dijual pada masyarakat di gang gang sekitar kampus. Memang terdengar cukup pilu, karena rekan rekan seusianya tampak menikmati proses perkuliahan, menunggu kiriman dari orang tua untuk akomodasi. Sementara ia harus berkuliah sambil berjualan untuk meraih sumber kehidupan. "Kalo ditanya malu pasti sangat malu karena langsung berinteraksi dengan para konsumen, tapi saya dari kecil memang tidak memkirkan yang namanya gengsi, selagi itu baik dan bisa membawa manfaat pasti saya lakukan" Tutur Jay.

Menginjak semester 3, ketika ia telah menempati kamar asrama yang hanya berisi 2 orang (Di Polbangtan Malang menyebutnya dengan "Blok"), ia mencoba untuk mencari peruntungan baru. Dengan dibantu oleh teman sekamarnya, Andre, dia mulai membuka usaha cetak print bagi mahasiswa. Berbekal 1 set unit PC dan 2 unit printer, dia membuka usaha print printan yang target pasarnya adalah mahasiswa Polbangtan yang ingin mencetak tugas mereka, baik teman seangkatan, senior maupun junior. Dalam perkembangannya tentunya ia mengalami banyak tantangan, seperti konsumen yang banyak maunya, cetak print yang gagal, sampai konsumen yang suka ngebon...... wkwkwkwkw. Namun  itu semua ia hadapi dengan penuh sabar dan ikhlas, ia sadar bahwa Tuhan telah mengatur segala rezeki, bila telah pada waktunya akan tiba secara sendirinya. Dan hal itu terbukti, tak lama setelah itu ia meluaskan usahanya dengan membuka persewaan kamera. Hari demi hari silih berganti, waktu demi waktu berlalu. Usaha Jay menghasilkan keuntungan yang lebih sehingga ia dapat mengirimkan uang kepada orang yang ada di kampung halamannya tiap bulan.

Jaelani sukses membawa suasana pertanian menjadi penuh arti. Pertanian yang awalnya dianggap sebagai pekerjaan yang kotor dan melelahkan ia ubah menjadi suasana yang lebih menyenangkan. Tentunya dalam perkembangannya ia tidak berkembang sendiri, ia juga turut mengajak junior juniornya untuk lebih aktif dalam kegiatan pertanian. Dia mendirikan Agrifarm, sebuah badan usaha yang bergerak pada budidaya hortikultura. Agrifarm mempunyai filosofi bahwasannya bertani adalah menjadikan budidaya tanaman menjadi sebuah bisnis. Setidaknya Agrifarm telah memberdayakan junior juniornya untuk terjun secara langsung dalam dunia agribisnis, mulai dari bagaimana menyiapkan lahan, melakukan perawatan harian, pemanenan, pemasaran, hingga mengelola profit. Sehingga orang orang yang terlibat di Agrifarm tidak hanya mendapat bekal praktek pada perkuliahan saja, melainkan bisa mengetahui kondisi pasar secara langsung. Hal ini memang sangatlah penting mengingat pembelajaran hanya terfokus pada dalam kampus saja, tidak mempelajari apa yang sedang terjadi di pasaran. Agrifarm telah memberikan pengalaman bagi para anggotanya yang mana mereka tidak akan kaget lagi apabila harus terjun dalam pangsa pasar pertanian. Pada tahun 2024, ia dipercaya oleh rekan rekannya untuk menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Pertanian. Tentunya hal ini menjadi tonggak capaian atas kerja kerasnya selama ini dalam bidang pertanian. Ia tidak hanya berbakat dalam berbisnis, melainkan ia juga punya intuisi yang tepat untuk berorganisasi dan memimpin orang lain.

Dalam hidupnya, Jaelani mempunyai motto "Better Farming, Better Bussines, Better Living" yang berarti bisnis pertanian yang baik akan membawa hidup menjadi baik pula. Terdapat nilai nilai positif yang dapat kita ambil dari kisah hidup Jaelani, yakni gigih dan ulet dalam memperjuangkan sesuatu, pintar melihat peluang bisnis, serta mampu mengajak dan mengoordinir orang lain supaya sama sama merasakan hal baik. Segala hal apabila diawali dengan kerja keras dan niat yang ikhlas pastinya akan memberikan dampak yang tidak mengecewakan kita.  Semoga sosok sosok seperti Jaelani ini terus ada terutama dalam meningkatkan kesadaran generasi muda akan pertanian dan ketahanan pangan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pembaca sekalian. Akhir kata. 

"Ketika sesuatu terasa sakit, Tersenyumlah" 

-Jay Al-Pacitan'i.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline