Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Satu Abad Nahdlatul Ulama, Simbol Berkembangnya Modernisasi Harmoni Kader IPNU dan IPPNU

Diperbarui: 22 Februari 2023   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Radar Selatan

Beberapa waktu yang lalu kita mendengar adanya sebuah acara besar, acara tersebut mampu membuat seisi kota dipenuhi oleh laskar berbaju putih dan juga atribut atribut berwarna hijau. Tentu saja acara tersebut apa lagi kalau bukan Resepsi Satu Abad Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU). Acara ini dilaksanakan pada tanggal 6-7 Februari 2023 di Gelora Delta Sidoarjo. Resepsi Satu Abad NU merupakan momentum yang dinanti-nantikan. Pasalnya di tahun sebelumnya Hari lahir NU ini tidak dapat dirayakan karena adanya pandemi. Selain itu, di tahun 2023 ini NU juga genap berumur 1 abad. Perhitungan didasari pada perhitungan kalender hijriyah, dimana NU berdiri tanggal 16 Rajab 1344 H sementara saat ini telah menginjak tahun 1444 H. Apabila menggunakan perhitungan masehi, maka NU masih berumur 97 tahun dan belum genap 1 abad. Acara ini dapat dikatakan sukses sebab dihadiri oleh ribuan jamaah NU dari segala penjuru tanah air. Acara dimeriahkan dengan penampilan orkestra dan juga koreografi dari ratusan banser.

  Kesuksesan acara ini tentunya tidak lepas dari adanya peran IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan juga IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama). Selain ikut serta dalam kepanitiaan acara tersebut, peran IPNU IPPNU juga sangatlah penting sebagai pendorong antusiasme masyarakat. Pasalnya tanpa adanya generasi muda seperti IPNU IPPNU, masyarakat mungkin saja tidak mengetahui adanya acara yang ramai di sosial media ini.

Bicara soal IPNU IPPNU, organisasi tersebut memang dipersiapkan sebagai wadah bagi para pelajar agar terciptanya karakter bertaqwa kepada Allah SWT, berlandaskan pancasila, dan juga terwujudnya sistem haluan  Ahlussunnah Wal-jamaah. Agar terwujudnya beberapa karakter tersebut, maka metode pengkaderan harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Berkaca pada kehidupan awam, perkembangan zaman mengakibatkan turunnya moral dan juga etika sumber daya manusia. Agar kader organisasi tidak ikut terjerumus dalam penurunan moral, maka perlu adanya inovasi dalam kegiatan berorganisasi agar sesuai dengan mengalirnya zaman. Inovasi tersebut dapat beragam, mulai dari pembenahan struktur organisasi sampai pembinaan/pelatihan suatu skill agar lebih berkompeten.

Sejak awal didirikan, kualitas sumber daya IPNU dan IPPNU mengalami perkembangan. Dari yang awalnya hanya terfokus pada pendalaman karakter agama islam menjadi penambahan substansi yang berguna pada organisasi seperti kepemimpinan, bela negara, public speaking, dll. Organisasi IPNU didirikan pada tanggal 24 Februari 1954 di Semarang, Jawa Tengah. Pembentukan organisasi ini tentunya dilatarbelakangi oleh berdirinya organisasi warga NU yang masih bersifat kedaerahan seperti Ikatan Siswa Muballighin NO (Iksimno) di Semarang, Persatuan Peladjar NO (Perpeno) di Kediri, Ikatan Peladjar Islam NO (IPINO) di Bangil, dan lain lain. Selanjutnya muncul gagasan untuk menyatukan seluruh organisasi yang mana gagasan tersebut disampaikan dalam Konferensi Besar LP Ma'arif NU. Konferensi besar kemudian menyetujui berdirinya organisasi tersebut dan pada akhirnya mengangkat Mohammad Tolchah sebagai Ketua pimpinan pusat.

            Dalam perjalanannya, IPNU awalnya berada pada asuhan LP Ma'arif NU. Kemudian pada Kongres IPNU ke-6 di Surabaya, IPNU menjadi badan otonom di bawah PBNU. Pada Kongres IPNU tanggal 1 Februari 1988 di Jombang, asas organisasi IPNU-IPPNU diubah menjadi pancasila. Sempat terjadi penyatuan IPNU-IPPNU menjadi IRNU (Ikatan Remaja Nahdlatul Ulama) namun dipisahkan kembali menjadi IPNU-IPPNU karena muncul kontroversi. Hingga akhirnya, kedua organisasi ini berjalan sebagai Dwi Tunggal (Dua hal yang menjadi satu) dibawah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

            Pada sejarah awalnya, organisasi IPNU digunakan sebagai alat pertahanan negara, alat politik praktis, dan juga sebagai alat pemberantasan G30S PKI di daerah daerah. Namun semenjak pengubahan asas organisasi menjadi pancasila, fungsi organisasi IPNU terfokus pada Garis-garis Besar Program Kerja Nasional (GBPKN) yang meliputi bidang organisasi, bidang kaderisasi, dan bidang partisipasi. Hal ini membuktikan bahwa fungsi organisasi IPNU-IPPNU mengalami modernisasi terhadap perkembangan zaman. Tugas pokok tidak lagi berjuang secara fisik melainkan secara birokrasi organisasi. Modernisasi merupakan suatu perubahan aspek kehidupan dari metode tradisional menuju metode yang lebih canggih. Artinya organisasi IPNU tidak lagi menerapkan metode pengkaderan secara tradisional namun juga menerapkan metode baru tanpa meninggalkan nilai nilai luhur dan identitas organisasi.

            Salah satu bentuk modernisasi metode pengkaderan dalam tubuh organisasi IPNU-IPPNU adalah melalui pelatihan pelatihan yang ada di dalam organisasi. Pelatihan tersebut dapat berupa kepemimpinan, bela negara, bahkan pelatihan IT (Graphic Design, Social Media Integrated, Programmic System) di dalam organisasi. Pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kader masing masing lingkup. Tentunya pelatihan pelatihan tersebut harus disertai dengan kegiatan keagamaan agar tidak menimbulkan dampak buruk. Salah satu dampak buruk yang dihasilkan dari adanya modernisasi di dalam tubuh IPNU-IPPNU adalah berkembangnya rasa individualisme, penguasaan teknolgi yang pesat sehingga menjadikan kader malas, dan bahkan dapat menyebabkan miss persepsi terhadap apa yang kader baca. Dalam hal ini, identitas IPNU-IPPNU sebagai organisasi pelajar berlatarbelakang agama perlu ditekankan kembali.

            Pelatihan yang sangat beragam tentunya dapat menghasilkan sumber daya yang beragam pula. Seorang kader IPNU-IPPNU pastinya memilikki keahlian yang berbeda dengan kader lainnya. Hal inilah yang dinamakan harmoni. Harmoni merupakan sesuatu yang memilikki karakteristik berbeda namun dapat melebur menjadi satu. Modernisasi harmoni dalam tubuh IPNU-IPPNU dapat dikatakan sebagai langkah atau upaya mengembangkan potensi yang ada pada masing masing kader sehingga terciptanya organisasi yang heterogen. Harmoni bukanlah sebuah alasan adanya perpecahan, namun diharapkan dapat menjadi media yang saling melengkapi dalam organisasi.

            Satu abad Nahdlatul Ulama merupakan bentuk proses panjang dari adanya modernisasi harmoni. Pastinya sudah banyak sekali metode pengkaderan yang telah diajarkan, tinggal kembali dari masing masing kader apakah mau menerapkannya atau tidak. Yang jelas apabila sang kader IPNU-IPPNU melupakan metode yang telah diajarkan, maka metode tersebut dapat muncul dengan sendirinya pada saat berorganisasi. Metode pengkaderan akan mengalami pembaruan di setiap tahunnya, sehingga kader IPNU-IPPNU tidak boleh stuck pada zona nyaman, harus ada penyesuaian terhadap penyegaran metode pengkaderan. Pada intinya, satu abad Nahdlatul Ulama telah menghasilkan beragam metode yang menjadikan sumber daya kader IPNU-IPPNU lebih kompeten dalam berorganisasi.

Satu abad Nahdlatul Ulama digunakan sebagai tolak ukur perkembangan kualitas sumber daya kader. Memasuki abad kedua diharapkan kader IPNU-IPPNU dapat lebih berkompeten dan setidaknya menguasai keahlian yang dapat diterapkan pada organisasi. Perkembangan teknologi bukanlah suatu masalah, malahan perkembangan teknologi dapat menjadi peluang modernisasi tergantung bagaimana kader IPNU-IPPNU menyaring dan memanfaatkannya. Apabila suatu kader organisasi tertutup pada adanya perkembangan teknologi, maka dapat dipastikan organisasi tersebut tidak akan maju karena minimnya inovasi. Semoga dengan adanya perayaan Satu Abad Nahdlatul Ulama ini memberikan kesadaran bagi kader IPNU-IPPNU untuk lebih baik ke depannya, entah itu ketika dalam organisasi, maupun ketika terjun langsung di masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline