Senang sekali rasanya saya dan teman saya @aisyah ramadani bisa sharing tentang plastik, lingkungan, dan ecobrick dengan para pegiat lingkungan di Sungai Ciliwung (komunitas kancil) di Depok hari ini (15/6). Tidak hanya komunitas kancil yang datang pada acara sharing tersebut, tetapi pak lurah dan bu lurah pun juga ikut berpartisipasi.
Banyak orang yang menggunakan plastik, tapi belum tahu tentang asal mula plastik, sifat plastik, bahaya plastik, mengapa plastik saat ini dimana-mana, dan bagaimana mengatasi jumlah plastik yang meningkat di bumi ini. Oleh sebab itu, pengenalan tentang plastik menjadi pembuka di acara sharing kali ini.
Mungkin ada beberapa orang yang belum tahu bahwa plastik yang kita gunakan sehari-hari terbuat dari bijih plastik, dimana bijih plastik tersebut diperoleh dari pengolahan minyak bumi.
Plastik adalah suatu material yang sulit terdegradasi oleh tanah sehingga dapat mencemari lingkungan. Waktu yang dibutuhkan untuk mendegradasi plastik adalah sekitar 100 hingga 500 tahun. Plastik juga dapat menjadi berbahaya jika kita tidak memperlakukannya dengan benar, seperti membakar, menguburnya dalam tanah atau membuangnya ke sungai (aliran air).
Jika kita membakar plastik, maka asap hasil pembakaran tersebut mengandung senyawa dioksin yang dapat menyebabkan kanker. Jika kita mengubur plastik dalam tanah maka plastik tersebut dapat membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah dan mengurangi kesuburan tanah karena plastik akan menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah.
Senyawa polychlorinated biphenyls (PCB) yang terdapat pada plastik juga dapat menjadi racun berantai sesuai dengan urutan rantai makanan, jika termakan oleh hewan ataupun tumbuhan. Dan bila kita membuangnya ke sungai atau aliran air, maka plastik tersebut akan bermuara di lautan.
Data KLHK menunjukkan bahwa 80% sampah yang dibuang ke laut berasal dari daratan, dan 90% nya merupakan plastik. Pada perjalanannya menuju lautan atau selama plastik tersebut terhanyut dalam air, ia dapat terurai menjadi mikroplastik yang dapat dikonsumsi oleh berbagai jenis hewan (seperti ikan, burung, paus, dll). Akibatnya, hewan-hewan tersebut dapat mati karena memakan plastik yang dikira makanannya.
Saat hewan-hewan tersebut mati, mikroplastik yang dikonsumsinya dapat dikonsumsi oleh hewan lain karena mikroplastik tidak dapat hancur ketika dicerna oleh makhluk hidup. Mikroplastik juga dapat bertindak sebagai transporter bagi limbah beracun dan berbahaya lainnya sehingga saat kita mengkonsumsi ikan yang tercemar mikroplastik, secara tidak lagsung kita juga memasukkan mikroplastik ke dalam tubuh kita. Pembuangan plastik di sungai juga dapat menyumbat aliran air sehingga mengakibatkan terjadinya banjir.
Lalu mengapa saat ini plastik ada dimana-mana dan bagaimana cara menanggulanginya? Saat ini plastik yang ada di Indonesia bukan hanya hasil produksi dalam negeri, tetapi juga hasil impor dari negara-negara Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.
Adanya kiriman plastik dari negara-negara maju dibuktikan dari merk dan negara asal yang tertera di kemasan plastik tersebut. Beberapa tempat pembuangan sampah (TPS) yang diketahui mendapatkan kiriman plastik diantaranya adalah Mojokerto, Sidoarjo, dan Gresik.
Plastik-plastik tersebut disortir oleh masyarakat setempat untuk dijual kembali. Akan tetapi sejak November, volume plastik yang ada di TPS mengalami kenaikan dan didominasi oleh botol plastik, sachet kemasan, serta jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang. Indonesia menjadi tujuan tempat pembuangan plastik dari negara-negara maju terlebih ketika China telah menerapkan kebijakan "National Sword" yang membatasi secara ketat impor sampah plastik.