Kamu pernah nggak suka dengan sebuah buku atau novel karena menurutmu isinya bagus dan enak dibaca? Pernah kepikiran nggak kok bisa ya bukunya sebagus ini? Terlepas dari peran penulis buku atau novel yang memang sudah keren dalam menciptakan sebuah cerita, ternyata ada sosok yang berjasa supaya sebuah buku bisa enak dibaca.
Siapa lagi kalau bukan adanya peran editor sebagai ujung tombak terciptanya buku yang enak dibaca dan informasi maupun cerita yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik. Nah, kebetulan banget tanggal 25 Mei 2024 melalui Live Sharing Session yang diadakan oleh Komunitas Cak Kaji (Cangkrukan Kompasianer Jatim) saya jadi banyak tahu mengenai profesi editor.
Sharing session kemarin spesial karena mendatangkan editor sekaligus bloger yakni Rudi G. Aswan atau yang suka memperkenalkan dirinya sebagai "Belalang Cerewet" di beberapa akun media sosialnya. Saya biasa menyapa beliau dengan panggilan Mas Rudi, orangnya ramah dan lucu, nggak pelit berbagi ilmu juga pengalamannya.
Acara peluncuran buku NH Dini di awal kuliah menjadi start Mas Rudi tertarik pada dunia penyuntingan tulisan atau editor ini. Menurutnya di balik buku yang bagus, ada kontribusi penyunting yang sudah berjuang membuat naskah menjadi menarik. Beberapa karyanya bisa tampil bagus berkat tangan dingin editor.
Pengalamannya sebagai seorang editor juga nggak sedikit, untuk inhouse Mas Rudi pernah bekerja di penerbit buku sekolah, lalu pindah ke penerbit buku populer, yakni genre motivasi dan bisnis. Untuk freelance, pernah ikut ngedit kamus Indonesia-Inggris Hassan Sadily & John M. Echols terbitan Gramedia.
Menurutnya tugas editor bukan sekadar mengecek tipo atau salah eja, tetapi lebih dari itu. Idealnya, ada dua macam editor di penerbit buku. Ada editor akuisisi (kadang cukup disebut editor) dan penyunting naskah (disebut juga kopieditor). Llau bedanya apa antara editor akuisisi dan kopieditor?
Selain menyunting naskah dari segi materi, editor akuisisi juga merencanakan buku apa saja yang akan diterbitkan, berkomunikasi dengan penulis atau calon penulis, dan memutuskan mana naskah yang layak diterbitkan atau tidak. Sedangkan kopieditor bertugas memeriksa ketepatan ejaan, tata bahasa, dan struktur kalimat agar naskah menjadi buku yang enak dinikmati pembaca.
Syarat Menjadi Editor yang Baik Menurut Belalang Cerewet
Ada yang menarik pada sharing session kemarin, ternyata seorang editor nggak selalu mengikuti KBBI dalam menyunting sebuah naskah. Secara umum memang iya, tetapi kadang juga menyesuaikan kondisi naskah dan target pembaca. Dalam banyak kasus, editor sengaja mempertahankan ekspresi lokal atau yang viral demi membangun pemahaman yang kuat di benak pembaca.
Belum lagi kalau editor inhouse harus mengikuti gaya selingkung (house style) di penerbit tempat ia bekerja. Pilihan ejaan karier atau karir, bisa berbeda antara penerbit satu dengan lainnya. Termasuk juga transliterasi Arab ke Indonesia, nggak bisa selalu mengacu kepada KBBI.
Jadi, buat kamu yang mulai tertarik dan ingin "Nyemplung" di dunia editor mungkin kamu nggak perlu terllau khawatir harus ikut KBBI. Menurut Mas Rudi ada beberapa syarat menjadi editor yang baik, yaitu: