Pada era Society 5.0, degradasi moral menjadi tantangan bagi generasi muda. Hal tersebut muncul ketika akses pengguna gadget yang tidak bisa dihentikan. Sehingga semua kalangan dapat mengakses apapun lewat gadget, baik konten positif maupun negatif. Jika dahulu anak-anak bermain bola bersama di lapangan namun sekarang mereka berkumpul tetapi tetap fokus pada gadget masing-masing. Gadget dapat diibaratkan sebuah pisau yang tajam, dimana jika digunakan dengan baik dan hati-hati maka akan bermanfaat begitu pula sebaliknya jika sembaragan dapat membunuh diri sendiri.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kepada 4.500 pelajar SMP dan SMA di 12 kota mengungkapkan bahwa sebanyak 97% pelajar mengakses konten pornografi. Sungguh angka yang tidak sedikit. Mengkritisi hal tersebut, sebagai khalifah yang harus memberantas keburukan Sudah sepatutnya kita memikirkan solusi terbaik dalam menanggapi kasus tersebut. Sekarang kita hidup bukan hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya dan faktanya sekarang menguasai dan membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Sehingga salah satu cara yang bisa dipraktekkan adalah memasukkan nilai agama dan spiritual di dalam konten seni modern lewat media social.
Budaya populer modern, terutama film, musik, dan seni visual bukan hanya mengangkat tema percintaan yang digandrungi kalangan muda. Kita juga harus menyisipkan tema-tema spiritual dan nilai-nilai keagamaan dalam bentuk yang lebih universal dan diterima oleh berbagai kalangan. Meskipun terkadang hadir dalam bentuk simbol atau pesan tersirat, tema spiritualitas ini tetap mempengaruhi persepsi dan pemikiran audiens tentang nilai-nilai yang ada di dalam agama.
Konsep Karma dalam Musik Populer
Salah satu konsep spiritual yang sering muncul adalah "karma." Karma, berasal dari ajaran agama Hindu dan Buddha, merujuk pada hukum sebab-akibat dalam kehidupan, apa yang ditanam pasti mengetam.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Jika kamu berbuat baik, sesungguhnya kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu bagi dirimu sendiri..."
(QS. Al-Isra' [17]: 7)
Firman Allah ini menunjukkan bahwa setiap tindakan kita, baik atau buruk, akan kembali kepada diri kita sendiri. Konsep ini juga sering diangkat dalam musik pop Barat, seperti lagu "What Goes Around... Comes Around" oleh Justin Timberlake, yang menunjukan bahwa tindakan buruk akan kembali dalm bentuk keburukan kepada kita.
2. Pesan Kesadaran dan Kepedulian Diri dalam Film
Film adalah alat yang mudah dalam menyampaikan pesan spiritual. Sudah banyak film yang mengajarkan pentingnya kesadaran diri, hidup bermakna, dan ketenangan batin yang dekat dengan nilai-nilai agama. Contohnya, film : untuk mengekspresikan nilai-nilai ketenangan yang mereka alami melalui praktik spiritual."The Pursuit of Happyness" (2006) bercerita tentang perjalanan seseorang dalam mencari makna kebahagiaan dan yang diandalkan adalah keteguhan hati. Meskipun bukan film religi, pesan tersirat dalam film ini mengingatkan untuk selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah.