Lihat ke Halaman Asli

Riska Jayanti

Penulis, content writer

Author's Perspective Vs Beta Reader

Diperbarui: 24 Oktober 2022   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hai, aku mau curcol sharing materi ini secara santai. Aku bakal bahas perspektif penulis vs beta reader. Kali ini seru kali ya menghubungkan sudut pandang antara penulis dengan pembaca disertai hubungan feedback timbal baliknya.

Gini guys, tanpa penulis, pembaca pasti gak akan dapat bacaan baik dikala waktu senggangnya, ataupun karena kebutuhan dirinya sendiri supaya dapat memperoleh hiburan dan ilmu pengetahuan yang banyak.

Begitupun tanpa pembaca, penulis gak akan mendapatkan apresiasi kebanggaan atas karyanya. Ataupun sebagai commersial penjualan atas nama cari duit. ya gak, sih? Kalau ga ada baca. Penjualan bukupun sepi. Tekor bandar karena pembaca gak ada beli bukunya hehe. Jadi, keduanya saling menguntungkan dan membutuhkan, ya. Hehe.

Omong-omong bahas Author's Perspective. Sebenarnya ini membahas bagaimana pandangan penulis terhadap karya sastranya yang sudah ditulisnya supaya cepat bisa dikasih tau kepada pembaca. Gini loh cerita aku. Taukan maksudnya, harap penulis kepada pembaca.

Kalau dijabarin lebih luas lagi, ada keterkaitan dengan author's purpose. Penulis sengaja menaruh pemikirannya berdasarkan tema yang dibawa melalui eksekusi adegan, plot, dialog, dan aksi berbentuk narasi deskripsi.

Biasanya, pembahasan eksekusi ceritanya ada plus (positive) dan minus (negatif) ceritanya loh setelah ditulis. Dengan tujuan supaya jadi bahan informasi ilmu pengetahuan, pembelajaran pesan moral, maupun kritik sosial dari tema yang dibawa, misal nulis tentang isu sosial.

Ada sisi lain dari kacamata penulis gitu. Seperti sudut pandang penulis. Misal, penulis lempar cerita naskahnya kepada pembaca, lalu pembaca berusaha memahami ceritanya dengan analisis kritis yang baik kalau pembaca tsb merupakan beta reader.

Ya bukan sekedar cuma habiskan uang demi buku, tapi ingin mendapatkan nilai quality dari buku tsb. Apakah buku tsb worth it setelah dibeli? Dan apakah cukup membantu untuk dijadikan sumber informasi pengetahuan dll?

Aku ambil contoh perspektif penulis ketika membuat novel dengan tema pergaulan bebas.

Pacaran sex diluar nikah merupakan penghancur mimpi anak muda masa kini yang mengesampingkan akhlak moral dikarenakan terbius nafsu atas nama cinta. Jadi dari sini, anggap aja aku sebagai pembaca dulu. Kita akan tau tuh setelah dibaca.

Apa yang penulis pikirkan? Apa yang penulis yakini kalau ingin masa depan sukses? Apa yang penulis peringatkan kalau dihadapkan permasalahan tsb? Dan apa aja kerugian paling besar kalau terjebak dalam pergaulan bebas tsb? Andai nih, bila sih pelaku tokoh tulisan cerita si perempuannya hamil, padahal dia masih sekolah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline