Lihat ke Halaman Asli

Riska

Mahasiswi

Perilaku Cuci Tangan dengan Baik dan Benar

Diperbarui: 23 Maret 2020   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Data Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa rumah tangga yang melakukan cuci tangan dengan benar hanya sebesar 47,2%. Indicator PHBS ini, yakni perilaku cuci tangan dengan baik dan benar masih belum memenuhi target.

Menurut Kemenkes (2009), sebuah ulasan membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga  separuh. 

Cuci  tangan pakai sabun merupakan merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas dan flu burung.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wohangara dkk tahun 2017: Menyatakan bahwa kejadian diare cenderung terjadi pada perilaku mencuci tangan yang buruk (64,3%) dibandingkan dengan perilaku cuci tangan yang baik (14,8%) dan perilaku cuci tangan yang kurang baik (53,8%). Dan paling  banyak mengalami kejadian diare adalah perilaku mencuci tangan yang buruk (64,3%).

Factor-faktor yang mempengaruhi banyaknya orang yang saat ini masih melakukan cuci tangan yang kurang baik bahkan dapat dikatakan buruk yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan, kurangnya pengetahuan seseorang dapat menjadi factor utama dalam melakukan cuci tangan yang baik dan benar. Karena hal tersebut seseorang tidak mengetahui dampak dari tidak melakukan cuci tangan yang baik dan benar sehingga lebih berisiko terserang penyakit dari bakteri yang ada ditangan.

2. Kebiasaan, kebiasaan dalam melakukan cuci tangan menggunakan air saja. Hal ini tidak dapat melindungi setiap individu dari bakteri dan virus yang terdapat ditangan. Terlebih jika mencuci tangan tidak dibawah air yang mengalir. Apalagi kebiasaan  menggunakan dan berbagi wadah cuci tangan hal itu sama saja saling berbagi kuman dan tetap membiarkan kuman menempel pada tangan.

3. Ketersediaan sarana cuci tangan, tesedianya sarana cuci tangan seperti air yang mengalir dan sabun menjadi factor pemicu seseorang melakukakan cuci tangan dengan baik dan benar. Karena jika saja ketersediaannya tidak ada maka dari itu dapat menyebabkan seseorang melakukan cuci tangan yang kurang baik seperti mencuci tangan tidak dibawah air yang mengalir.

Dari factor diatas maka dapat dilakukan edukasi cuci tangan dengan baik dan benar guna meningkatkan pengetahuan seseorang tentang perilaku cuci tangan yang baik dan benar, membiasakan diri melakukan cuci tangan menggunakan sabun dibawah air yang mengalir, serta menyediakan sarana cuci tangan ditempat tertentu. 

Cuci tangan pakai sabun dibawah air yang mengalir sebagai upaya preventif dalam melindungi diri dari berbagai penyakit menular. Cuci tangan menggunakan sabun dapat kita lakukan pada waktu-waktu berikut: sebelum menyiapakan makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah BAB dan setelah melakukan aktivitas lainnya. 

Cuci tangan yang dilakukan dengan memakai sabun dibawah air mengalir yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah terjangkit dari penyakit akibat bakteri yang ada ditangan. Hal ini dapat lebih efektif menghilangkan kotoran  dan debu dari permukaan tangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline