Pendidikan Kewarganegaraan suatu bentuk mata pelajaran yang bertujuan membawa misi pendidikan moral bangsa, membentuk warga negara yang cerdas, demokratis, serta berakhlak mulia, yang dengan konsisten melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi serta membangun karakter bangsa Indonesia.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara Indonesia yang sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan dalam mengembangkan jati diri dan moral bangsa. Pendidikan kewarganegaraan merupakan hal yang sangat penting kita pelajari, mungkin dari tingkat SD,SMP,SMA kita sudah mendapatkan pelajaran tersebut. Pertanyaannya mengapa mahasiswa perlu sekali mempelajari pendidikan kewarganegaraan padahal sudah pernah diajarkan ditingkatan pendidikan sebelumnya? karena mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin-pemimpin dunia.
Meski sudah seringkali kita pelajari dalam tingkatan pendidikan sebelumnya namun bagi saya ketika saya SD, SMP, ataupun SMA yang di mana notabenenya hanya diajarkan tentang teori saja bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, bagaimana hak dan kewajiban warga negara, belajar tentang negara, konstitusi, dan demokrasi,contoh sikap sikap bela negara misalnya serta banyak pelajaran lainnya. Namun dari semua itu serasa belum ada hal yang konkrit ataupun nyata yang bisa saya praktekkan dan merasa bahwa saya ini sudah menjadi warga negara yang baik.
Mungkin hal yang bisa kita rasakan dalam sikap bela negara yaitu dengan belajar yang rajin bagi pelajar, mencintai produk produk dalam negeri, dan lain sebagainya. Mungkin hanya sebatas itu dan hanya melibatkan diri saya sendiri.Tapi dalam materi kewarganegaraan kali ini ada sesuatu yang berbeda. Awalnya saya merasa tidak paham dan merasa bingung dengan konsep ini "ah ini dosen kenapa sih kok tugasnya susah ribet disuruh wawancara kesana kemari dan mencari narasumber juga tidak mudah" terlebih kalau narasumbernya berbeda agama dengan kita. Mungkin bukan cuman saya yang pernah mengeluh yaa...mungkin satu kelas, bahkan satu jurusan, bahkan yang pernah diajar oleh dosen saya ini mungkin pernah mengeluh tugasnya aneh,nyeleneh.
Kuliah sudah jarang masuk, apalagi ini online tidak pernah diterangkan tentang materi cuman dikasih tugas saja. Belum lagi setelah selesai wawancara disuruh minta foto bareng sama narasumber, tidak berhenti sampai disitu disuruh lagi upload buat tulisan ngapain aja ngobrol sama narasumber. Apa yang kamu dapatkan dari perbincangan mu hari itu. Nulis pun juga ada ketentuannya juga harus nulis minimal sekian kata, hadehhhhh....... ribet ya mungkin kelihatannya gini amat tugasnya ???tiap minggu pula -_-
Hal diatas hanyalah pemikiran awam saya saat belum memulai wawancara dengan narasumber, Tapi saat saya sudah terjun dan berbincang-bincang dengan narasumber ataupun menulis tentang tokoh atau tema yang diberikan oleh dosen pada minggu tersebut saya jadi sadar ternyata dengan berdiskusi dengan orang yang backstreet atau berlatar belakang berbeda dengan kita bisa membuka pemikiran kita agar bisa lebih gamblang dan lebih luas lagi dan tidak terfokus pada satu titik saja.
Nah pemikiran pemikiran awam sebelum wawancara seperti itu pemikiran yang membuat kita terpenjara dan tidak bisa berkembang. Seorang mahasiswa perlu mempelajari tentang pendidikan kewarganegaraan agar menjadi pribadi yang paham tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang baik, berpikir kritis, mempunyai toleransi yang tinggi, menjadi pribadi yang cinta damai, menjadi sosok yang mengenal dan berpartisipasi dalam kehidupan politik lokal, nasional, dan internasional.
Lewat mata pelajaran kewarganegaraan ini dan dalam praktiknya saya jadi paham mungkin ini yang ini diajarkan dosen saya kepada para mahasiswanya. Belajar dengan metode out of the box keluar dari zona nyaman, eksplorasi hal yang baru dengan caramu sendiri maka akan kamu dapatkan pengalaman serta hikmahnya sendiri.Karena berbeda ketika dosen cuman memberikan kita materi dan kita praktek sendiri pasti berbeda.
Dari perbincangan bersama narasumber-narasumber pasti saya mendapatkan hal-hal yang baru, berdiskusi dan tahu seperti apa sudut pandang mereka dalam menanggapi suatu pokok pembicaraan misalnya tentang keberagaman. Nah dari situ kita bisa menjadi orang yang berpikir kritis bahwa kita ini hidup di negara Indonesia yang notabenenya bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus bisa menerima keragaman, perbedaan agama, suku bangsa, cara pandang, atau budaya kita sendiri. Dengan kita sering berinteraksi orang yang berbeda agama dengan kita misalnya kita akan mempunyai sikap toleransi yang lebih tinggi dan menjadi pribadi yang cinta damai.
Misalnya juga kemarin disuruh menulis dan membahas tentang budaya yang terjadi di daerah saya nah hal tersebut bertujuan agar kita menjadi sosok yang mengenal tentang budaya kita sendiri tidak jatuh cinta kepada budaya lain lalu melupakan budaya kita. Diharapkan dengan mengenal budaya kita sendiri kedepannya kita bisa melestarikan dan bangga bahwa ini adalah budaya kita yang harus kita jaga.
Contoh lain lagi mengenai tema atau pokok pembahasan politik kita dikasih tema tentang baku hantam polri dan teroris. Nah ternyata dari situ mengajarkan bahwa kita bisa menjadi sosok yang mengenal dan berpartisipasi dalam kehidupan politik lokal, nasional, dan internasional. Setidaknya dengan kita membaca dan mau menanggapi dengan pikiran kita sendiri kita tidak ketinggalan berita tentang dunia perpolitikan dan tidak gampang dibodohi. Menjadi pribadi yang tidak gampang menerima opini begitu saja, namun kita sendiri juga harus mencari tahu apakah opini tersebut sesuai dengan fakta yang ada menurut sepengetahuan kita.