Lihat ke Halaman Asli

Pemilu 2014 Harus Diulang!

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa pihak inginkan pemilu ulang karena menganggap pemilu lalu brutal dan penuh kecurangan.
*

Pemilu 2014 adalah Pemilu terburuk sepanjang sejarah demokrasi Indonesia. Pemilu kali ini diwarnai money politic dan penggelembungan surat suara.

Secara garis besar, kecurangan yang terjadi itu terbagai dalam 2 kategori ; sebelum pencoblosan dan setelah pencoblosan.

Kecurangan sebelum pencoblosan biasanya dilakukan dengan berkolusi dengan penyelenggara pemilu.

Seorang caleg dapat memesan suara melalui tim dengan kontrak politik tertentu. Jika tidak sesuai target, sisa kontrak tidak dibayar atau harus dikembalikan.

Kecurangan pra pemilu juga dilakukan dengan memperjual belikan form C6 kepada pemilih.

Puncak kecurangan pra pemilu adalah soal money politic. Guyuran uang  pada malam dan pagi hari sebelum pencoblosan. Orang menjulukinya 'serangan fajar'.

Sedangkan kecurangan pasca pemilu lebih panjang lagi. Jika melibatkan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), umumnya rekap suara tidak disertai penyetoran kotak dan kertas suara. Kertas C1 yang diberikan juga hanya berupa fotokopian.

Angka golongan putih (golput) pada perhitungan hasil KPU berkurang karena banyak kertas suara yang tak terpakai, dicoblos oleh PPS (Panitia Pemungutan Suara) dan PPK untuk
memenangkan caleg tertentu.

Jika caleg menggugat dengan menggunakan fotocopian C1 yang
diperoleh di TPS,  disebutnya palsu karena tidak berhologram. Kotak suara juga sering tidak bersegel.

PPK bisa menggeser suara caleg tertentu yang berpotensi mengalahkan caleg yang dikehendaki ke caleg lain. Modus lain yang bisa terjadi adalah menggeser suara partai ke caleg tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline