Lihat ke Halaman Asli

Kilas Balik Ekonomi Pesantren

Diperbarui: 16 Desember 2020   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa yang ada di benak Anda jika mendengar kata pesantren? Orang awam mungkin memberikan pengertian yang sangat sempit. Masyarakat terlalu cepat dalam menentukan label untuk eksistensi pesantren yang sesungguhnya, mereka mengira bahwa pesantren adalah tempat belajar kuno? kudet? gaptek? hanya bisa mengaji? sarungan? bahkan tidak memiliki masa depan.

Namun apakah sesungguhnya orang yang beranggapan seperti itu sepenuhnya benar? tentu tidak!

Pada hakikatnya, pesantren tidak menancapkan hal akademis sebagai satu-satunya tujuan dalam pembelajaran. Lebih dari itu, pesantren memiliki inti pada jiwa dan filsafatnya.

Tujuan dari pesantren juga tidak sama dengan sekolah umum, yang menekankan pada pembukaan jalan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Salah satu orientasi pesantren yang disebut kemasyarakatan tentunya mencakup visi yang lebih universal, yaitu bukan hanya kepentingan pendidikan individual, melainkan juga memberikan pengaruh pada publik secara umum.

Mengutip wawancara CNBC Indonesia, Deputi Direktur Departemen Ekonomi Syariah BI, Rifki Ismal mengatakan bahwa " Ekonomi pesantren menjadi salah satu motor penggerak ekonomi syariah di Indonesia, mengingat Indonesia memilik lebih dari 28.000 pesantren. Penting untuk mengembangkan unit ekonomi yang dilakukan, antara lain melalui kajian holding pesantren yang diharapkan bisa mengerakan UKM pesantren hingga keuangan pesantren."

Maka dari itu, sudah seharusnya Indonesia berbenah diri untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia yang kompetitif dan berkualitas global. Membentuk masyarakat yang kreatif dalam membangun peradaban memang bukan hal yang gampang apalagi bermodal usaha yang instan. Namun, perlu adanya sebuah media yang benar-benar netral dan dapat diterima oleh masyarakat, apalagi mengingat mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat muslim, sehingga kehadiran pondok pesantren sangatlah tepat untuk membangun karakter masyarakat yang berlandaskan Islam karena pesantren basis utamanya membangun mental, pemikir dan pemberdayaan.

Agar mampu bertahan dan dapat memanfaatkan peluang yang ada, maka pemberdayaan ekonomi pesantren harus meningkatkan daya saing industri halal. Untuk meningkatkan daya saing tersebut, harus memiliki jiwa kewirausahaan dan jiwa inovasi yang dimiliki dan juga harus mampu menjadi motor penggerak untuk meningkatkan daya saing industri halal. Untuk dapat mempertahankan eksistensi ekonomi pesantren maka dibutuhkan suatu strategi, salah satunya dengan menciptakan berbagai keunggulan dan kekhasan yang dihasilkan serta perlu dilakukan kolaborasi dengan melibatkan pesantren khususnya dalam hal transfer keahlian bagi para anggota industri. 

Oleh sebab itu, dengan adanya kolaborasi maka akan membawa pengaruh dalam banyak aspek dan berpotensi mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah, lapangan pekerjaan dan devisa, tetapi juga mampu memberikan kontribusi yang besar dalam transformasi struktural bangsa ke arah modernisasi kehidupan masyarakat yang menunjang pembentukan daya saing nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline