Lihat ke Halaman Asli

Riska Alfianti

Mahasiswa FIB

Yuk Kenal Lebih Dekat Pos Islamisme di Turki

Diperbarui: 17 Oktober 2022   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera Turki (Sumber: Okezone News)

Semenjak zaman Rasulullah SAW memimpin kota Makkah agama Islam sudah lama diaplikasikan dalam keduniawian. Walaupun waktu itu masih banyak daerah yang masyarakatnya belum memeluk agama Islam namun, nilai-nilai Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW mampu membenahi kepentingan politik kala itu. Setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW, urusan politik yang ada di negara Islam dilanjutkan oleh para khullafaurasyidin. Adanya genjatan senjata yang dilakukan oleh kalangan non-Islam sehingga mengakibatkan orang yang beragama Islam ketakutan yang ditandai dengan kekerasan seperti Taliban, ISIS, dan yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa ajaran-ajaran Islam yang telah ada kurang berjalan signifikan jika ajaran tersebut digabung dengan sistem pemerintahan.

Usulan dari Asef Bayat dan Olivier Roy memberi istilah Pos-Islamisme yaitu menjalankan berbagai nilai ajaran agama Islam dalam suatu kerangka pemerintahan Turki.  Dalam buku yang ditulis oleh Yon Machmud, berjudul Timur Tengah dalam Sorotan Dinamika Timur Tengah dalam Perspektif Indonesia, Mengatakan bahwa masa depan timur tengah di dalamnya terdapat Gerakan Pos Islamisme di Turki. Gerakan ini terjadi karena adanya perkembangan Islam dan politik di Turki yang menjadi fenomena sangat menarik. Partai keadilan dan pembangunan yang dinamakan Adelet ve Kalkinma Partis (AKP), yang dimana partai ini memiliki peran yang sangat penting dalam situasi demokrasi liberal. Pada saat era Erdogan hubungan antara sekularisme dengan islamisme terlihat sangat kondusif. Di lihat pada 26 Januari 1970 Necmettin Erbakan mendirikan sebuah partai Islam pertama dengan nama Milli Nizam Partisi-MNP (Partai Ketertiban Nasional). Namun, partai ini tidak bertahan lama dan dibubarkan oleh regim militer. Pada pemilihan 1996 dia berhasil mengantarkan partai Islam yaitu Partai Refah menjadi kekuatan dominan di pemerintahan.

Kondisi hubungan antara kelompok Islam dengan militer yang menjaga nilai-nilai sekularisme Turki masih diambang banyak permasalahan yang belum selesai. Kemudian, Gerakan kudeta militer (Soft cu d'etat) terulang kembali. Generasi dari Erdogan dianggap dapat mempererat hubungan antara kelompok Islam dan militer sekuler.

Erbakan dan Erdogan merupakan mantan walikota di daerah urban sehingga keduanya menunjukkan bahwa ingin menyelesaikan permasalahan secara serius. Dalam menjaga ideologi sekularisme di Turki militer selalu menjadi kekuatan yang terpenting.

Pos-Islamisme di dalamnya tidak hanya nilai yang ada pada demokrasi, tetapi Pos-Islamisme terdapat gabungan nilai-nilai Islam dengan pilihan serta kebebasan pada individu hingga masyarakat. Pos-Islamisme banyak dikemukakan oleh para tokoh salah satunya yaitu menurut Ahmad Dzakirin. Pos-Islamisme adalah sebuah pemikiran dari kaum muslim serta sebuah Gerakan politik yang sudah tidak lagi hanya memperjuangkan keyakinan syariat Islam saja ke dalam idiologi yang dianut sebuah negara, tetapi lebih pada upaya menjalankan nilai Islam di kehidupan dalam bermasyarakat (Ahmad Dzakirin:2012).

Partai-partai politik yang ada di Turki saling bersaing sangat ketat. Ditandai dengan kehidupan partai di Turki yang sudah mulai menampakkan perkembangan sebelunya telah lama menganut pemerintahan kerajaan yaitu masa Turki Utsmani. Pada tahun 2002 diadakan sebuah pemilu yang dimenangkan oleh AKP. AKP merupakan partai yang mencoba memberikan perubahan yaitu inovasi dan evalusasi untuk memberikan perubahan yang baik dalam suatu pemerintahan. AKP dianggap sebagai penguat dalam permainan politik Turki karena dapat memiliki suara dalam masyarakat lebih banyak, sehingga masyarakat tidak lagi memiliki stigma negatif dalam partai Islam.

Pos-Islamisme sering disamakan dengan Islamisme padahal kedua bentuk tersebut tidak sama. Islamisme adalah sebuah upaya untuk menggabungkan agama dan tanggung jawab secara sosial, sedangkan Pos-Islamisme adalah memfokuskan sikap dari keberagamaan dan Hak yang dimiliki setiap individu tau masyarakat.

Politik dengan agama tidak dapat dipisahkan, karena agama merupakan alat yang bisa dijadikan politik dan politik merupakan bagian dari sebuah negara. Politik di Turki memunculkan keadaan Pos-Islamisme yang dimana keterlibatan partai yang dicampuri oleh agama, pemerintah, dan masyarakat sehingga menjadi suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam urusan negara.


Referensi: 

Machmudi, Yon. 2021. Timur tengah dalam Sorotan: Dinamika Timur Tengah dalam Perspektif Indonesia. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara

Dzakirin, Ahmad. 2912. Kebangkitan Pos-Islamisme. Solo: PT Era adicitra Intermedia

Bayat, Asef. 2011. Pos-Islamisme. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline