Lihat ke Halaman Asli

Merdeka Belajar di PAUD (TK) dengan STEAM dan HOTs

Diperbarui: 22 September 2021   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Dimasa uji coba PTM terbatas bagi guru TK tidaklah mudah untuk keluar zona nyaman, maksudnya selama ini hampir sebagian guru memberikan kegiatan anak dengan memberikan lembar kerja(LK), padahal LK bukan solusi untuk stimulasi anak berfikir kreatif. Sedangkan tuntutan wialimurid yang berharap lulus dari TK harus bisa calistung. Memprihatinkanjuga kalau melihat kondisi seperti ini. 

Bahagia sekali rasanya di tempat saya mengajar sudah mendapat kesempatan ujicoba PTM terbatas. Kesempatan baik bagi saya untuk bisa memulai keluar dari zona nyaman. Bertahap untuk memulai meninggalkan LK. Anak dan wali murid memberikan respon positif. 

Memberikan kesempatan anak belajar sesuai dengan keinginannya (berpusat pada anak). Dengan pendekatan STEAM (sains, technology,  engeenering, art, math) dengan media di lingkungan sekitar akan mempermudah anak bereksplorasi. Selain itu menstimulasi anak dengan pertanyaan HOTs (high order thinking skill) membuat anak berfikir kreatif mengungkapkan kosa kata yang ia miliki. 

Jadi dengan pendekatan STEAM dan HOTs diharapkan anak dapat bereksplorasi semaksimal mungkin dengan benda- benda disekitarnya dan bisa menuangkan dengan hasil karya dan juga mendiskripsikannya langsung dengan bercerita.

Dalam bercerita guru sebaiknya memberikan stimulasi anak dengan pertanyaan yang HOTs  sehingga mengajak anak untuk terus mengolah daya fikir dan imajinasi mengungkapkan dengan perbendaharaan kata yang lebih banyak.

Sedikit bekal di TK semoga kelak bermanfaat di jenjang yang lebih tinggi, bermanfaat pula dalam kehidupan sehari -hari, dan untuk dimasa yang akan datang. Berharap para orang tua / wali murid yang memiliki anak usia dini untuk tidak memaksakan anak belajar calistung, karena ada fase anak mengalami titik jenuh. Ajaklah anak bermain sambil belajar, bukan sebaliknya. Karena anak adalah aset orang tua, keluarga, bangsa dan negara.

Semoga sekelumit tulisan bisa diterima, dan bermanfaat bagi kita semua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline